Selasa, 11 Oktober 2011

Seminar Skripsi

SEMINAR MAHASISWA

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS JAMBI


PENGARUH PENGGUNAAN INOKULAN ASAL BEKICOT DALAM FERMENTASI DAUN UBI KAYU TERHADAP KANDUNGAN BAHAN KERING, PROTEIN KASAR, SERAT KASAR DAN HCN


NAMA : Marfriandi Hastinura Alamsyah

NIM : E 1 B 0 0 0 0 8 2

PEMBIMBING : 1. Ir. ELLA HENDALIA, MS.

2. Ir. RASMI MURNI, MS.

PENDAHULUAN

Pakan alternatif merupakan pilihan untuk mengatasi kekurangan bahan makanan bagi ternak. Seiring dengan kemajuan teknologi, kemungkinan besar bahan-bahan sisa-sisa industri, limbah pertanian dan limbah rumah tangga yang selama ini kurang termanfaatkan untuk pakan ternak bisa diolah menjadi suatu bahan pakan alternatif. Salah satu alternatifnya adalah dengan memanfaatkan daun ubi kayu. Ubi kayu sangat banyak ditanam oleh petani di pedesaan untuk memperoleh umbinya. Sebagian kecil dari daun ubi kayu dimanfaatkan untuk sayur dan ada pula yang memanfaatkan daunnya sebagai pakan ternak ruminansia. Diperkirakan produksi daun ubi kayu pertahun di Indonesia mencapai 1.407.900 ton bahan kering (Anonimus, 1995).

Penggunaan daun ubi kayu sebagai pakan ternak sangat potensial, karena kandungan protein kasarnya yang cukup tinggi yaitu 17-40 %. Namun pada ternak unggas penggunaannya sangat terbatas karena adanya zat racun sianida atau HCN yang relatif tinggi yaitu sekitar 200-800 mg/kg serta kandungan serat kasarnya yang tinggi yaitu 17-18%. (Oke, 1978). Walaupun demikian, menurut Coursey (1974), daun ubi kayu memiliki nilai gizi yang cukup tinggi dan juga kandungan proteinnya setara dengan protein kasar yang terkandung dalam beberapa jenis kacang-kacangan. Demikian pula menurut Muller (1978), bahwa daun ubi kayu memiliki kandungan asam amino hampir sama dengan beberapa leguminosa, tetapi defisien asam amino tryptofan dan iso leusin, walaupun kaya akan lisin.

Daun ubi kayu hanya dapat digunakan sebanyak 5% dalam ransum, apabila diolah dengan proses fermentasi menggunakan Aspergillus niger maka daun ubi kayu bisa digunakan sampai 10% pada ransum ayam pedaging. (Anonimus, 1995). Kendala proses fermentasi dengan menggunakan Aspergillus niger adalah sulitnya untuk mendapatkan inokulan terutama bagi peternak di pedesaan. Oleh karena itu perlu dicari alternatif sumber inokulan yang murah dan mudah didapatkan yaitu dengan menggunakan inokulan asal bekicot.

Bekicot (Achatina fulica) merupakan hewan herbivora yang mempunyai saluran yang bermuara di ujung anterior oeshopaghus yang menghasilkan lendir berair berisi enzim-enzim diastase termasuk di dalamnya terdapat enzim selusase untuk mencerna selusosa yang dihasilkan oleh mikroba (Radiopoetro, 1983). Enzim selulase yang dihasilkan mikroba tersebut dapat digunakan untuk merenggangkan dan memutuskan ikatan selulosa, hemiselulosa dan lignin pada pakan yang mengandung serat kasar tinggi. Berdasarkan penelitian Amrullah dkk., (1996) dilaporkan bahwa mikroba bekicot dapat menurunkan kadar anti tripsin pada fermentasi kacang kedele. Dengan prinsip fermentasi yang sama diharapkan enzim yang terdapat pada inokulan asal bekicot dapat menurunkan kandungan serat kasar dan menurunkan kadar HCN. Selain itu, proses fermentasi dengan menggunakan inokulan asal bekicot juga diharapkan dapat meningkatkan kandungan protein kasar daun ubi kayu sehingga produk fermentasi ini dapat digunakan sebagai bahan pakan alternatif yang bermutu

Untuk mengetahui sejauh mana efektifitas inokulan asal bekicot dapat memperbaiki kandungan nutrisi daun ubi kayu hasil fermentasi maka perlu dilakukan penelitian. Berdasarkan pemikiran di atas maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan inokulan bekicot dalam fermentasi terhadap kandungan bahan kering, protein kasar , serat kasar dan kandungan HCN daun ubi kayu hasil fermentasi.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang potensi mikroba asal bekicot sebagai sumber inokulan dalam proses fermentasi daun ubi kayu serta untuk mengevaluasi potensi nutrisi daun ubi kayu hasil fermentasi sebagai bahan pakan alternatif.

MATERI DAN METODA

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi yang dimulai tanggal 31 Mei 2004 sampai dengan tanggal 1 Juli 2004.

Bahan percobaan yang digunakan adalah daun ubi kayu yang didapat dari petani ubi kayu di Mendalo Darat sedangkan bekicot (Achatina fulica) didapat di sekitar kandang percobaan unggas Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Dedak halus dibeli di poultry shop di Kota Jambi.

Alat yang digunakan adalah ember, pisau, dirigen, gelas ukur, sendok, spatula, timbangan Ohaus ukuran 2610 gr, sarung tangan plastik, gunting, terpal plastik, kantong plastik 1 kg, selotip, kertas nomor, tabung Erlenmeyer, beaker glass, cawan porselen, oven, kertas saring Whatman No.14, corong buchner, pompa vakum, eksikator, pH meter, termometer dan seperangkat alat analisis proksimat untuk menganalisa kandungan bahan kering, protein kasar dan serat kasar. Spektrofotometer digunakan untuk analisis kadar HCN.

Rancangan percobaaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan sebagai unit percobaan. Perlakuan terdiri dari :

DUK0 : adalah daun ubi kayu yang difermentasi tanpa inokulan (kontrol).

DUK1 : adalah penggunaan inokulan asal bekicot level 2,5% dalam fermentasi daun ubi kayu.

DUK2 : adalah penggunaan inokulan asal bekicot level 5% dalam fermentasi daun ubi kayu.

DUK3 : adalah penggunaan inokulan asal bekicot level 7,5% dalam fermentasi daun ubi kayu.

Berikut ini adalah komposisi dari masing-masing perlakuan berdasarkan level penggunaan inokulan asal bekicot yang disajikan pada tabel 2. sebagai berikut :

Tabel 1. Komposisi masing-masing perlakuan

Perlakuan

Daun Ubi Kayu (gr)

Dedak halus (gr)

Larutan Inokulan asal bekicot (%)

DUK – 0

DUK – 1

DUK – 2

DUK - 3

400 gr

400 gr

400 gr

400 gr

40 gr

40 gr

40 gr

40 gr

0 %

2,5 %

5 %

7,5 %

Peubah utama yang diamati adalah kandungan bahan kering, kandungan protein kasar, kandungan serat kasar dan kadar HCN daun ubi kayu hasil fermentasi dengan inokulan asal bekicot. Selain itu peubah pendukung yang diamati yaitu keadaan umum daun ubi kayu hasil fermentasi yang meliputi warna, bau, rasa, tekstur, tingkat kerusakan, suhu dan pH.

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati dilakukan uji statistik dengan menggunakan analisis ragam, jika terdapat pengaruh yang nyata dilanjutkan dengan uji beda jarak berganda Duncan (Torrie, 1980 dan Hanafiah, 1992).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Daun Ubi Kayu Hasil Fermentasi

Hasil pengamatan terhadap keadaan umum ubi kayu hasil fermentasi dengan inokulan asal bekicot disajikan dalam Tabel 2. berikut ini :

Tabel 2. Rataan pengamatan keadaan umum daun ubi kayu hasil fermentasi dengan inokulan asal bekicot.

Peubah yang diamati

Perlakuan

DUK 0

DUK 1

DUK 2

DUK 3

1. Warna

Hijau kekuningan

Hijau kekuningan

Hijau kekuningan

Hijau kekuningan

2. Bau

Harum keasaman

Harum

Harum keasaman

Harum sekali

3. Rasa

Asam

Asam

Asam

Asam

4. Tekstur

Lembut

Lembut

Lembut

Lembut

5. Tingkat Kerusakan

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa secara umum daun ubi kayu hasil fementasi dengan inokulan asal bekicot memiliki sifat fisik yang relatif sama dengan silase hijauan. Hal ini dapat dilihat dari warna yang hijau kekuningan, bau yang harum, tekstur yang lembut dan rasa yang asam. Keadaaan umum daun ubi kayu hasil fermentasi tersebut mencerminkan bahwa proses fermentasi dapat berlangsung dengan baik. Menurut Anonimus (1995), bahwa produk fermentasi yang baik adalah warnanya mengikuti warna aslinya, berbau harum dan berasa asam.

Hasil pengamatan terhadap bau pada masing-masing perlakuan menunjukkan bahwa penggunaan inokulan asal bekicot dalam fermentasi daun ubi kayu menghasilkan bau harum keasaman yang relatif sama dibandingkan dengan tanpa inokulan, namun pada level inokulan 7,5% (DUK3) dihasilkan bau yang semakin harum. Bau yang dihasilkan ini disebabkan oleh terjadinya proses fermentasi karbohidrat yang menghasilkan asam organik sehingga menimbulkan bau harum keasaman. Hasil ini menunjukkan bahwa inokulan asal bekicot dapat mendukung terjadinya proses fermentasi dan proses fermentasi dapat berlangsung dengan baik pada level penggunaan inokulan 7,5% (DUK3).

Berdasarkan pengamatan rasa yang dihasilkan pada perlakuan menunjukkan rasa yang relatif sama yaitu asam. Hal ini disebabkan karena pada setiap perlakuan terjadi proses fermentasi karbohidrat yang menghasilkan asam organik sehingga menyebabkan rasa menjadi asam. Dijelaskan oleh Mc. Donald (1981) bahwa rasa asam disebabkan oleh asam laktat yang dihasilkan bakteri pembentuk asam laktat.

Dari pengamatan terhadap tekstur menunjukkan bahwa penggunaan inokulan asal bekicot dalam fermentasi daun ubi kayu akan menghasilkan tekstur-tekstur yang relatif sama dangan tanpa inokulan yaitu lembut. Tekstur ini menjadi lembut karena terjadinya pelonggaran ikatan lignoselulosa dan ikatan lignohemiselulosa pada saat fermentasi. Menurut Fardiaz (1992), fermentasi menyebabkan terjadinya perubahan tekstur karena pemutusan ikatan lignoselulosa dan ikatan lignohemiselulosa oleh enzim yang dihasilkan bakteri asam laktat.

Dari hasil pengamatan terhadap tingkat kerusakan pada daun ubi kayu hasil fermentasi juga menunjukkan tidak adanya kerusakan oleh jamur dan kebusukan. Hal ini disebabkan oleh suasana asam pada saat proses fermentasi sehingga akan mencegah tumbuhnya jamur dan pembusukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarno., dkk (1980) bahwa bakteri anaerob merubah karbohidrat menjadi asam asetat, propionat dan laktat, sehingga suasana asam yang terjadi akan mencegah pembusukan.

Berdasarkan pengamatan terhadap warna, rasa, bau, tekstur dan tingkat kerusakan dapat dijelaskan bahwa inokulan asal bekicot dapat berperan secara sinergis dengan bakteri penghasil asam laktat sehingga akan menghasilkan produk fermentasi yang relatif sama dengan produk fermentasi tanpa inokulan. Fakta ini terbukti dari hasil pengamatan terhadap suhu hasil fermentasi sekitar 30 oC dan tingkat keasaman (pH) sekitar 4 seperti yang disajikan pada Tabel 4 berikut ini :

Tabel 4. Rataan suhu fermentasi dan pH daun ubi kayu hasil fermentasi dengan inokulan asal bekicot.

Perlakuan

Suhu (oC)

pH

DUK 0

DUK 1

DUK 2

DUK 3

30,0a

30,5b

30,6b

30,8b

4,35

4,24

4,27

4,20

Keterangan : Superskrip huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaaan yang nyata (P<0,05).

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penggunaan inokulan asal bekicot dalam fermentasi daun ubi kayu secara nyata akanm meningkatkan suhu fermentasi (P<0,05). Hal ini membuktikan bahwa penggunaan inokulan asal bekicot akan mempercepat keadaan anaerob, dimana pada kondisi ini terjadi proses fermentasi yang menghasilkan panas sehingga temperatur optimal akan tercapai. Menurut Anonim (1995) bahwa suhu yang optimal dalam proses fermentasi adalah 26 oC – 30oC.

Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan inokulan asal bekicot dalam fermentasi daun ubi kayu tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pH. Namun dari nilai yang diperoleh terlihat bahwa semakin tinggi level penggunaan inokulan asal bekicot, akan menghasilkan pH yang semakin rendah. Hal ini diduga karena adanya peran dari inokulan asal bekicot dalam proses fermentasi. Sehingga karbohidrat akan dirombak menjadi asam-asam organik yang menyebabkan terjadinya penurunan pH. Menurut Yani (1997), bahwa setelah bakteri asam laktat berkembang biak dan menghasilkan asam laktat dalam jumlah besar akan menurunkan pH produk fermentasi.

Tabel 4. Rataan kandungan bahan kering, protein kasar, serat kasar dan kadar HCN daun ubi kayu hasil fermentasi dengan inokulan asal bekicot.

Peubah yang diamati

Perlakuan

DUK0

DUK1

DUK2

DUK3

Bahan Kering (%)

Protein Kasar (%)

Serat Kasar (%)

Kadar HCN (ppm)

35,43A

20,50

11,26

0,62

32,13B

27,70

11,12

0,67

32,14B

22,57

13,13

0,64

31,53B

22,49

12,48

0,69

Keterangan : Superskrif huruf besar yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaaan yang sangat nyata (P<0,01)

Kandungan Bahan Kering Daun Ubi Kayu Hasil Fermentasi

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan inokulan asal bekicot dalam fermentasi daun ubi kayu sangat berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap kandungan bahan kering. Diduga ini dipengaruhi oleh inokulan asal bekicot dimana semakin tinggi level penggunaan inokulan asal bekicot, kandungan bahan keringnya menurun (DUK3) bila dibandingkan dengan perlakuan tanpa inokulan (DUK0).

Hal ini disebabkan penyusutan yang terjadi selama proses fermentasi karena enzim yang ada menguraikan komponen dari daun ubi kayu tersebut. Semakin tinggi level inokulan maka kandungan bahan keringnya semakin menurun karena banyaknya enzim yang berperan dalam penyusutan tersebut. Sesuai pendapat Mc. Donald (1981) yang menyatakan bahwa penurunan persentase bahan kering akibat terjadinya peningkatan angka persentase cairan (penyusutan) yang terjadi selama proses fermentasi. Penyusutan ini juga disebabkan oleh banyak faktor yang menyebabkan efluen atau kandungan bahan kering seperti kadar air, jenis silo dan pemadatan bahan yang difermentasi.

Kandungan Protein Kasar Daun Ubi Kayu Hasil Fermentasi

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan inokulan asal bekicot dalam fermentasi daun ubi kayu tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kandungan protein kasar. Namun bila kita lihat pada data diatas terdapat perbandingan bahwa kandungan protein kasar daun ubi kayu yang menggunakan inokulan bekicot (DUK1, DUK2, dan DUK3) lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol (DUK0).

Diduga ini disebabkan oleh enzim yang terdapat pada inokulan asal bekicot dalam fermentasi daun ubi kayu tidak mampu meningkatkan kandungan protein. Sedangkan kandungan protein dapat meningkat karena jumlah bakteri yang banyak dan menjadi sumber protein asal mikroba yaitu protein sel tunggal. Menurut Winarno dan Fardiaz (1989) yang menyatakan bahwa fermentasi melibatkan enzim metabolisme untuk melakukan proses oksidasi reduksi dan reaksi kimia sehingga terjadi perubahan substrat organik.

Kandungan Serat Kasar Daun Ubi Kayu Hasil Fermentasi

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan inokulan bekicot dalam fermentasi daun ubi kayu tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kandungan serat kasar.

Hal ini disebabkan karena pertumbuhan bakteri Selulolitik yang menghasilkan enzim selulase dan pertumbuhan bakteri Lactobacillus terhambat oleh adanya inokulan asal bekicot. Dapat dilihat pada data diatas bahwa semakin tinggi level inokulan asal bekicot yang digunakan dalam proses fermentasi daun ubi kayu, kandungan serat kasarnya semain meningkat. Dimungkinkan inokulan tersebut mengandung racun yang menyebabkan pertumbuhan bakteri Selulolitik dan bakteri Lactobacillus menjadi terhambat sehingga tidak maksimal dalam memutuskan atau memecah ikatan lignoselulosa dan lignohemiselulosa.

Menurut Fardiaz (1992) yang menyatakan bahwa pertumbuhan bakteri asam laktat mengikuti pola pertumbuhan jasad renik lainnya yang terdiri dari beberapa fase. Pada fase cepat dan konstan pertumbuhan bakteri asam laktat sangat dipengaruhi oleh medium dan tempat tumbuhnya seperti pH, kandungan nutrien dan kondisi lingkungan. Pada fase lambat pertumbuhan jasad renik menjadi lambat yang disebabkan beberapa faktor yaitu nutrisi dalam medium yang berkurang dan hasil metabolisme yang mungkin beracun bagi mikroorganisme.

Kadar HCN Daun Ubi Kayu Hasil Fermentasi

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penggunaan inokulan asal bekicot dalam fermentasi daun ubi kayu tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kadar HCN.

Diduga inokulan asal bekicot yang digunakan dalam fermentasi daun ubi kayu mengandung racun sehingga proses kerjanya berlawanan dengan bakteri Selulosa dan bakteri Lactobacillus. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Amrullah dkk,. (1996) bahwa penggunaan inokulan bekicot dalam proses fermentasi dapat menurunkan bahkan menghilangkan antinutrisi. Namun bila dibandingkan dengan kadar HCN daun ubi kayu segar sekitar 150 ppm (Tabel 1), dalam proses fermentasi ini secara umum dapat menurunkan kadar HCN daun ubi kayu hasil fermentasi. Penurunan kadar HCN tersebut diduga berasal dari proses penjemuran karena kadar sianida dapat dihilangkan dengan proses pemanasan baik itu penjemuran, pengukusan ataupun perebusan daun ubi kayu seperti yang dikemukakan oleh Darjanto dan Murjati (1980).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan inokulan asal bekicot sangat berpengaruh dalam menurunkan kandungan bahan kering produk fermentasi namun tidak berpengaruh dalam meningkatkan kandungan protein kasar, menurunkan serat kasar dan menurunkan kadar HCN daun ubi kayu hasil fermentasi.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan inokulan bekicot khususnya jenis mikroba dan enzim yang terdapat pada saluran pencernaan bekicot dengan tekhnik yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, I.K., Iskandar,T. Murtisari. 1996. Nilai Nutrisi Kacang Kedele Difermentasi dengan Mikroba Asal Bekicot untuk Ayam Kampung: Pengaruh Suhu Fermentasi, Penambahan dedak Halus dan Taraf Energi Protein Ransum. FAPET IPB bekerjasama dengan Agricultural Reseach Management Project-II. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Anonimus .1995. Penggunaan Tepung Daun Singkong Fermentasi pada Ayam Pedaging. Penelitian Ilmiah. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor. Bogor.

Darjanto dan Murjati. 1980. Khasiat, Racun-racun dan Masakan Ketela Pohon. Yayasan Di Sri. Bogor.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia. Jakarta.

Hanafiah. KA .1992. Rancangan Percobaan. Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Mc. Donald. 1981. Biochemistry of Silage. Jhon Willey and Sons Chicester. New York. Brisbane - Toronto.

Muller. 1978. Cassava as a total substitute for cereal in livestock and poultry rations. Food and Agriculture Org of The United Nations. Rome.

Oke, O.L. 1978. Problems in the Use of Cassava as Animal Feed. Animal Feed Science and Technology. (3) : 345-350.

Radiopoetro. 1983. Zoologi. Cetakan Kedua. Erlangga. Jakarta.

Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1980. Prinsip Dan Prosedur Statistika : Suatu Pendekatan Biometrik. Gramedia. Jakarta.

Winarno. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Penerbit PT Gramedia. Jakarta.

Winarno, F.G, dan D. Fardiaz. 1989. Pengantar Teknologi Pangan. Penerbit PT Gramedia. Jakarta.

Yani, A. 1997. Nilai Nutrisi Silase rumput Gajah (Pennisentum purpureum Schumacher, THONN) dan azzolla (Azzola pinata, R Brown) Pada Tiga Aras Penambahan Onggok. Tesis Program Pasca Sarjana. Universitas Brawijaya. Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar