Selasa, 11 Oktober 2011

Laporan Magang

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, sub sektor peternakan mempunyai peranan yang penting dalam penyediaan protein hewani. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan ternak yang dapat berproduksi relatif cepat. Usaha peternakan ayam broiler atau ayam potong pedaging merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan daging. Dewasa ini usaha peternakan ayam broiler banyak dikembangkan apalagi dengan adanya campur tangan pemerintah dalam usaha pengembangan peternakan.

Ayam pedaging merupakan salah satu jenis komoditi peternakan yang menghasilkan gizi dan memiliki aspek ekonomi yang cukup potensial. Beternak ayam pedaging mempunyai keuntungan tersendiri yakni siklus hidupnya yang pendek, pertumbuhannya cepat, mempunyai manfaat lain dimana kotorannya dapat digunakan sebagai pupuk kandang dan dapat menghasilkan nilai ekonomis seperti karung bekas makanan ternak yang banyak kegunaannya dan laku serta dagingnya dipasarkan terjangkau oleh masyarakat banyak (Rasyaf,1994).

Jumlah kepemilikan ayam pedaging (broiler) di Kabupaten Muaro Jambi pada setiap peternak berbeda-beda sesuai dengan kemampuan peternak. Peternakan ayam pedaging (broiler) “Harapan Farm” merupakan suatu peternakan ayam pedaging dalam skala sedang yang memasok kebutuhan protein hewani masyarakat khususnya di Kabupaten Muaro Jambi. Lokasi peternakan ini tidak begitu jauh dengan pusat perkotaan yang terletak di Jl. Kemajuan Desa Mendalo Darat Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi, hal ini diharapkan akan mempermudah peternak dalam usaha memperoleh bibit, pakan, obat- obatan, ataupun segi pemasaran.

Keberhasilan peternakan ayam pedaging broiler sangat dipengaruhi oleh bibit, tatalaksana dan pemeliharaan yang baik. Apabila dilihat dari segi teknis, peternak hanya berperan dalam pengaturan manajemen pemeliharaannya saja sebab bibit dan pakan saat ini telah banyak tersedia di pasar (Siregar,1980).

Tatalaksana adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan secara teratur dalam suatu periode pemeliharaan yang merupakan bagian keseluruhan dari sistem dalam pemeliharaan ternak dan akan mempengaruhi keberhasilan peternakan itu sendiri (Rasyaf, 1994). Adapun faktor-faktor tatalaksana pemeliharaan yang diamati diusaha peternakan ayam pedaging ini yaitu perkandangan dan peralatan, pemilihan bibit, sistem pemeliharaan, pemberian makanan dan air minum, pencegahan dan pengobatan penyakit, produksi serta pemasaran hasil produksi.

Permasalahan

Adapun permasalahan yang dapat dari uraian tersebut adalah apakah pemeliharaan ayam pedaging di peternakan harapan farm ini telah dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai dengan teori-teori yang ada.

Tujuan

Tujuan dari magang ini adalah untuk mengetahui tatalaksana pemeliharaan ayam pedaging broiler di Peternakan Harapan Farm mulai DOC (Day Old Chicken) atau anak ayam umur sehari sampai panen atau penjualan.

Manfaat

Adapun manfaat yang penulis dapatkan dari magang ini adalah untuk menambah wawasan tentang ternak ayam broiler melalui aplikasi langsung di lapangan, ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dan diharapkan dapat memberikan informasi bagi para pembaca tentang manajemen pemeliharaan yang baik mengenai perkembangan pemeliharaan ayam pedaging, serta penulis berharap mampu menerapkan ilmu yang didapat dari magang ini dimasa yang akan datang.

METODA MAGANG

Waktu dan Tempat

Magang ini dilaksanakan di Peternakan Ayam Broiler Harapan Farm di Jalan Kemajuan KM.15 Desa Mendalo Darat Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi dari tanggal 30 Desember 2003 sampai 31 Januari 2004, dengan kerja pada pagi hari di mulai dari jam 07.00 sampai dengan jam 09.00 dan sore harinya dari jam 03.30 sampai dengan jam 05.30 sore. Lokasi magang dapat dilihat pada denah yang terdapat pada lampiran 8.

Materi Magang

Materi yang digunakan adalah anak ayam strain VAK 707 sebanyak 7500 ekor yang diperoleh dari PT. Vista Agung Kencana Farm Gelumbang, Muara Enim, Sumatera Selatan. Bangunan kandang panggung sebanyak 6 (enam) unit dengan ukuran 13m x 6 m, tiap unit kandang tersedia 2 buah kompor batubara untuk pemanas, tempat pakan dan tempat air minum masing-masing unit 40 buah.

Pakan yang digunakan adalah pakan komersil untuk ayam pedaging BR-1 HI-PRO 611 untuk masa pertumbuhan dari PT. Vista Grain Corp Bandar Lampung dan BR-2 CP512 untuk masa terakhir (finisher) dari PT.Charoen Pokphand. Vaksin yang dilakukan adalah vaksin ND dan Gumboro, Vitamin Ampivet, Vitamin Karnitol, Vitamas, Ciprovet, Masachicks, Neoxin , SupralitR + dan desinfektan Biosep.

Pekerjaan yang dilakukan selama magang diantaranya cara membersihkan kandang, pemberian pakan dan minum, mencuci tempat pakan dan tempat minum, vaksinasi , pemberian obat- obatan, penimbangan, pengobatan dan pencegahan penyakit serta pemasaran. Pemberian pakan dan minum dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari jam 07.00 dan sore harinya jam 15.30. Pakan yang diberikan dalam dua jenis yaitu pada umur 0 - 4 minggu di beri pakan BR-1 HI-PRO 611 dan pada umur 4 minggu ke atas di beri pakan BR-2 CP512-B pakan di bedakan menjadi dua jenis karena pada umur 4 minggu keatas pertumbuhan ayam tidak begitu cepat lagi maka diberi pakan yang kadar proteinnya lebih rendah dan harganya lebih murah. Vaksin ND dilakukan pada umur 4 hari dan 21 hari. Vaksin Gumboro dilakukan pada umur 12 hari.

Metoda Pengumpulan Data

Setiap akhir minggu dilakukan penimbangan dengan cara mengambil 10 ekor ayam yaitu 5 ekor ayam yang besar dan 5 ekor ayam yang kecil) dalam 4000 ekor ayam pedaging.

Pengumpulan data dari praktek langsung dan konsultasi dengan petugas kandang, selama satu periode pemeliharaan, data yang dikumpulkan antara lain : keadaan umum peternakan, sistem perkandangan, penanganan bibit, sistem pemeliharaan, pemberian pakan dan minum, pencegahan dan pengobatan penyakit, perhitungan ransum (konsumsi ransum, konversi ransum, dan efisiensi ransum), produksi , pemanenan dan pemasaran serta analisa usaha peternakan.

Pengolahan Data

Data yang diperolah diolah dengan penjumlahan, pengurangan, pengalian, pembagian dan persentase.

1. Jumlah ayam yang masuk ; jumlah kotak atau DOC yang masuk .

2. Bobot badan awal ayam ; Berat rata-rata DOC saat dimasukkan ke peternakan.

3. Bobot badan akhir ; menimbang ayam pada saat akan dijual.

4. Tingkat kematian ; jumlah ayam yang mati dibagi dengan jumlah ayam keseluruhan dikali seratus persen.

5. Konversi ransum ; perbandingan jumlah pakan yang habis di konsumsi dengan bobot badan yang dicapai selama waktu tertentu setelah dikurangi bobot badan awal.

6. Konsumsi ransum, yaitu selisih jumlah ransum yang diberikan dengan ransum sisa, konsumsi diukur perhari, perminggu, perekor.

7. Efisiensi ransum adalah perbandingan antara bobot badan ayam yang dicapai selama waktu tertentu di kurangi bobot badan awal dengan jumlah pakan yang di habiskan dikonsumsi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Peternakan

Peternakan ayam broiler “Harapan Farm” berlokasi di Jalan Kemajuan Desa Mendalo Darat Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi yang disewa oleh Peternakan Harapan Farm. Dulunya peternakan ini dimiliki oleh Bapak Marwoto yang bekerjasama dengan perusahaan dengan system mitra. Akan tetapi karena ada sesuatu hal maka lokasi tersebut disewakan kepada peternakan Harapan Farm.




Gambar 1. Lingkungan Peternakan

Lokasi peternakan ini kurang strategis dan kurang baik karena berada dekat keramaian (perumahan rakyat) dan kebisingan namun dengan sarana transportasi yang cukup lancar. Peternakan ini berdiri pada tahun 2001, dengan luas lokasi kandang saat ini yaitu 700 m2 dan kandang berjumlah 6 (enam) unit berukuran 13 m x 6 m serta sebuah gudang untuk menyimpan makanan dan peralatan kandang lainnya dan sebuah rumah penjaga.

Usaha peternakan ini juga termasuk kedalam skala menengah dimana jumlah ayam yang masuk atau yang dikembangkan setiap satu periode pemeliharaan sebanyak 6000-7500 ekor. Ayam yang dipelihara adalah galur VAK 707 yang diproduksi oleh PT. Vista Agung Kencana, Muara Enim, Sumatera Selatan, Indonesia dengan harga perkotak Rp. 300.000,-. Berat rata-rata DOC saat dimasukkan adalah ±37 gram ekor. Menurut AAK (1986) bahwa berat DOC yang baik dan normal untuk dipelihara adalah 35-40 gram/ekor.

Tenaga pengelola pada peternakan ini dua orang yaitu Mas Parni sebagai kepala kandang sekaligus pengelola dan Bang Katenu sebagai pekerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1995) bila peternakan dikelola secara manual untuk 4000 ekor mampu dipegang oleh satu orang dengan pengalaman dan ilmu pengetahuan tentang beternak.

Pendidikan tenaga kerja rata-rata setingkat SLTP sudah berpengalaman dalam mengelola ternak ayam. Rasyaf (1995) menyatakan pendidikan merupakan faktor pelancar dalam usaha peternakan, pendapat ini lebih lanjut dijelaskan Oleh AAK (1986) bahwa pengetahuan peternakan merupakan kunci berhasilnya suatu usaha peternakan.

Perkandangan

Untuk mendapatkan hasil yang cukup baik dalam usaha peternakan khususnya beternak ayam pedaging broiler keadaan kandang sangat menentukan tujuannya antara lain agar ternak terhindar dari panas, hujan dan binatang buas. Selain kandang, lingkungan kandang juga sangat menentukan karena kita ketahui bahwa ayam broiler sangat sensitif terhadap lingkungan, seperti mudah stress, untuk itu kandang sebaiknya jauh dari kebisingan dan juga jauh dari pemukiman masyarakat agar tidak mengganggu kegiatan masyarakat. Di peternakan Harapan Farm ini kandang termasuk di lokasi yang kurang strategis karena berada dekat dengan pemukiman penduduk dan juga dari arus lalu lintas jalan raya, hal ini tidak sesuai dengan Rasyaf (1989) yang mengatakan bahwa ayam pedaging broiler memerlukan suasana yang nyaman untuk dapat berproduksi dengan optimal, karena ayam ini mudah stress dan kebersihan kandang harus tetap terjaga agar ternak tidak mudah terserang penyakit.




Gambar 2. Bentuk / Tipe Kandang Ayam

Kandang di peternakan Harapan Farm berjumlah 6 unit kandang postal dengan litter serbuk gergaji dengan kapasitas masing-masing 1000-1300 ekor per unit. Bangunan kandang terbuat dari kayu yang cukup berkualitas dan beratap rumbia. Kandang untuk DOC sampai dengan umur 14 hari dibuat khusus yaitu dengan litter serbuk gergaji kemudian dindingnya dari seng keliling dan ditambah plastik terpal untuk menghindari hembusan angin yang bisa berakibat buruk bagi ternak dengan tinggi 0,5 meter, dengan litter serbuk gergaji dapat menjaga kehangatan DOC juga dibantu oleh 6 buah kompor untuk 4000 ekor ayam, dilengkapi juga tempat pakan dan tempat minum ditata sedemikian rupa agar DOC tidak kesulitan untuk mengkonsumsi pakan dan juga air minumnnya, untuk air minum pertama kali ditambah dengan gula merah tidak lain untuk menggantikan energi yang hilang dalam perjalanan, menurut AAK (1986) bahwa peralatan kandang yang harus disediakan disesuaikan dengan fase ayam, jenis serta jumlahnya. Namun sayangnya disini tidak diterapkan kandang karantina untuk ayam yang baru datang ataupun ayam yang sakit.

Letak kandang di peternakan Harapan Farm ini bagian depan menghadap ke timur, bagian belakang menghadap ke barat sehingga sinar matahari leluasa menyinari kandang yang tentunya dapat menekan pertumbuhan bakteri-bakteri yang dapat menimbulkan penyakit. Hal ini sesuai dengan Siregar (1980), bahwa letak kandang sebaiknya menghadap ke timur, agar sinar matahari dapat masuk dan menghapus hama dan penyakit dalam kandang. Hal diatas sesuai dengan pendapat Tim Pyridam (1998), agar ayam dalam kandang hidup dengan tenang keberhasilan harus tetap dijaga dengan baik. Pendapat diatas didukung oleh Rasyaf (1995) dimana ayam pedaging sangat memerlukan suasana yang tenang untuk dapat menghasilkan produksi yang optimal karena ayam mudah terkejut dan stress.

Penggunaan kandang yakni ada dua tahap dimana tahap pertama pada saat DOC sampai umur 1- 15 hari, kandang ini dijadikan sistem litter yakni alas kandang diberi terpal dan ditaburi serbuk gergaji dengan ketebalan sekitar 3 sampai 8 cm. Tujuannya adalah menjaga kotoran ayam supaya tidak terlalu basah serta berguna juga untuk memberikan kehangatan pada ayam. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (1992), kandang sistem litter memiliki keuntungan yakni tidak banyak memakan tenaga, praktis, setelah beberapa lama dapat menjadi sumber Vitamin B12 yang baik untuk pertumbuhan ayam dan suhu kandang dapat merata serta hangat. Sedangkan pada tahap kedua yakni pada umur ayam lebih dari dua minggu atau 15 hari sampai saat panen digunakan kandang panggung tanpa serbuk gergaji dengan alas bilahan bambu.

Atap kandang yang digunakan adalah rumbia dengan keuntungan harganya murah dan tidak menyerap sinar matahari. Dinding kandang memakai sistem semi terbuka yang berfungsi sebagai ventilasi dimana pada bagian bawah setinggi 70 cm terbuat dari kayu dan dinding papan dan pada bagian atas 40 cm berupa dinding kawat berlubang. Untuk melindungi ayam dari rasa dingin jika hari hujan dan juga dari terik matahari yang terlalu panas disediakan terpal warna biru. Pada dinding kandang juga terdapat tiang penguat dengan jumlah 10 buah dengan jarak tiang 2,0 m. Untuk lantai kandang terbuat dari belahan bambu yakni dengan jarak kerapatan antar bambu kira-kira 2 cm agar tidak terjadi kematian akibat terperosok atau terjepit jeruji lantai. Murtidjo (1992) menyatakan bahwa jarak kerapatan bambu sebagai alas kandang sekitar 1.75 sampai 2 cm untuk menghindari kematian akibat terperosok atau terjepit alas lantai. Namun disini banyak ditemui ayam yang terperosok kedalam lantai, hal ini mungkin disebabkan oleh bilahan bambu tersebut mengkerut karena waktu.

Peralatan lain seperti tempat makan dan air minum cukup lengkap bahkan tersedia dalam jumlah yang melebihi kapasitas yang dibutuhkan.




Gambar 3. Peralatan Makan dan Minum

. Menurut Siregar (1980) tempat makan dan air minum untuk ayam karena umumnya diletakkan dalam kandang maka harus diusahakan agar jangan mudah dikais, diinjak-injak atau dikotori oleh ayam serta tahan lama.

Bibit

Kualitas bibit sangat menentukan dalam usaha peternakan, bagaimana pun baiknya kualitas makanan jika tidak didukung oleh bibit yang baik maka pertumbuhannya pun tidak bisa optimal. Bibit yang dikatakan baik adalah memiliki kriteria sebagai berikut : tingkat kematian rendah dalam pemeliharaan, daya tahan tubuh yang baik, lincah, bentuk sempurna dan memiliki pertumbuhan yang cepat. Bibit DOC di peternakan Harapan Farm ini diperoleh dari PT. Vista Agung Kencana Farm, Lampung dengan rata-rata berat ± 37 gram per ekor. Rasyaf (1995), bibit yang unggul mempunyai ciri-ciri seperti mortalitas rendah, efisiensi ransum tinggi, pertumbuhan cepat, tahan terhadap serangan penyakit, mudah dikelola dan beradaptasi dengan lingkungan cepat, kotorannya tidak bercampur dengan darah. Peternak menentukan dan memilih bibit yang baik dengan melakukan seleksi sebelum DOC dimasukkan kedalam kandang dan DOC yang jelek dipisahkan pada kandang khusus.




Gambar 4. Bibit DOC umur sehari

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, DOC yang terpelihara dengan ciri-ciri antara lain : bentuk tubuh besar , bulu mengkilap, ayam kelihatan lincah, warna bulu putih, mata terang, efesiensi terhadap makanan baik dan kotorannya tidak bercampur darah. DOC yang baru datang langsung diberi air gula yang dilarutkan dalam air minumnya hal ini tidak lain bertujuan untuk menggantikan energi yang hilang dan juga mengurangi stress, seperti yang diungkapkan oleh Siregar (1980), air gula merah diberikan pada ayam yang baru datang tujuannya untuk mengembalikan energi pada waktu ayam diperjalanan dan untuk mengurangi stress.

Sistem Pemeliharaan

Fase Starter

Sistem pemeliharaan diawali pada saat sebelum DOC datang dengan perlakuan dimana tempat makan dan minum serta peralatan lain dibersihkan menggunakan antiseptik dalam bentuk cairan berwarna merah sebagai desinfektan yang dicampur dengan air, lalu dicuci dan dibiarkan sampai kering.




Gambar 5. Ayam Masa Pertumbuhan (minggu pertama).

Hal ini sesuai dengan pendapat Djanah (1985) bahwa perlengkapan kandang seperti tempat makan dan minum harus bersih dan bebas dari kuman penyakit yang akan mempengaruhi pertumbuhan anak ayam. Selanjutnya dilakukan sanitasi kandang dengan cara membersihkan kandang yaitu menyapu lantai kandang dengan sapu lidi atau peralatan lain agar semua kotoran yang ada didalam kandang terbuang dan kandang menjadi bersih, kemudian baru disemprotkan antiseptik Biosep pada lantai kandang setelah kering ditaburi kapur dan dibiarkan lebih kurang selama kira-kira satu minggu sebelum DOC datang.

Pada pemeliharaan DOC kandang panggung tersebut digunakan sistem litter dan diberi sekat dengan jarak tergantung umur ayam. Sekat dibuat dengan membatasi ruang kandang dalam jarak tertentu sesuai dengan umur ayam lalu disekelilingnya ditutup terpal untuk memberi kehangatan pada ayam dan mencegah agar angin tak langsung berhembus kedalam kandang . Menurut Tim Pyridam (1988), suhu DOC lebih tinggi dari pada suhu lingkungannya. Untuk itu ditambah sumber penghangat lain yakni lampu listrik neon 10 Watt sebanyak 10 buah untuk malam hari.

Menurut AAK (1986), kepadatan kandang untuk 0-2 minggu adalah 15 ekor/m2, minggu 2-4 adalah 12 ekor/m2 dan minggu 4 – finisher adalah 7 ekor/m2. Berdasarkan hal itu maka kepadatan kandang pada peternakan ini cukup baik sehingga dapat tidak menyebabkan tingginya angka kematian pada ternak yang dipelihara. Hal ini didukung oleh Rasyaf (1995 ) bahwa memadatkan jumlah ayam per satuan luas melebihi jumlah yang dianjurkan tanpa mengetahui dasar-dasarnya akan mengakibatkan konsumsi ransum menjadi berkurang , pertumbuhan terhambat , meningkatkan persentase kematian , menambah kesempatan untuk saling mematuk antar sesama ayam dan menambah keutuhan jumlah udara segar untuk mengusir CO2 dan udara busuk dari kandang tersebut.

Sebelum anak ayam dimasukkan dalam kandang yang telah di sekat terlebih dahulu dipasang alat pemanas berupa kompor batubara sebanyak 2 buah per kandang dan lampu listrik neon 10 watt sebanyak 10 buah. Tempat pakan dan tempat minum dicampurkan dengan obat anti stress dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi ayam yang lemah serta untuk kebutuhan zat gula guna menggantikan energi yang hilang selama perjalanan. Setelah dilakukan seleksi bibit selama satu hari kemudian bibit dimasukan ke dalam kandang yang telah disiapkan . Hasil pengamatan menunjukan bahwa DOC menyebar merata dalam kandang. Suhu kandang terus dipertahankan dengan cara mengontrol alat pemanas dan mengamati penyebaran anak ayam. Hal ini sesuai dengan pendapat Murtidjo (1992), bahwa apabila anak ayam menyebar secara merata didalam kandang tersebut sesuai dengan kebutuhan anak ayam.




Gambar 6. Ayam masa pertumbuhan umur 2 minggu.

Kebutuhan ransum pada masa starter ini adalah 0,5- 0,7 kg/ minggu. Pakan yang diberikan adalah kandungan protein yang tinggi untuk pertumbuhan ayam.

Fase Finisher

Pada masa finisher konsumsi ternak meningkat dan suhu kandang harus diperhatikan sedemikian rupa karena kepadatan kandang semakin tinggi dan disertai bau yang amat menyengat. Tutup kandang harus dibuka lebar pada siang hari dan biasanya kandang tidak lagi ditutupi dengan terpal kecuali pada saat hujan. Pada fase finisher ini pemeliharaan tidak terlalu rumit, kegiatan hanya memberi pakan, membersihkan dan mengisi tempat minum. Bila minggu ketiga telah terlewati dengan baik tanpa ada hambatan seperti penyakit, dan tingkat kematian ayam. Fase finisher pada peternakan ini sudah berjalan dengan baik dilihat dari proses pemeliharaannya.




Gambar 7. Ayam masa finisher

Kebutuhan pakan pada fase ini lebih banyak dibandingkan pada masa starter sekitar 1-1,5 kg/ekor/minggu. Konsumsi ransum akan terus meningkat tetapi pertambahan bobot badan tidak terlalu meningkat, oleh karena itu pakan yang diberikan biasanya mengandung zat makanan protein lebih rendah pada masa starter.

Pemberian Makan dan Minum

Pemberian makan dan minum dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari jam 07.00 dan sore harinya jam 15.30. Pakan yang diberikan dalam dua jenis yaitu pada umur 0 - 4 minggu di beri pakan BR-1 HI-PRO 611 dan pada umur 4 minggu ke atas di beri pakan BR-2 CP512-B. Pakan di bedakan menjadi dua jenis karena pada umur 4 minggu keatas pertumbuhan ayam tidak begitu cepat lagi maka diberi pakan yang kadar proteinnya lebih rendah dan harganya lebih murah.


Gambar 8. Pemberian Makan dan Minum

Pemberian minum makan dan minum dilakukan secara manual. Air minum dialirkan dari sumur dengan bantuan mesin pompa dan ditampung dibak penampung air minum dimasing-masing kandang yan g berjumlah 6 buah. Pembersihan wadah air minum juga dilakukan disana pada saat ayam diberi air minum. Air minum diberikan secara ad libitum ditambahkan dengan vitamin seperti Ampivet dan Carnitol sebanyak 75 gram perkandang yaitu antibiotik pertumbuhan selama 25 hari. Sedangkan untuk ayam yang umurnya lebih dari 25 hari diberikan Ciprovet dan ditambahkan dengan Supralit untuk mengurangi stress pada ayam. Pada waktu pemaksinan ayam diberikan air minum tanpa obat.

Makanan merupakan salah satu faktor yang perannya sangat penting bagi usaha peternakan, harus mencukupi kualitas dan kuantitasnya. Pakan dipeternakan Harapan Farm diperoleh dari PT. Vista Grain Corp, Bandar Lampung dan PT. Charoen Pokphand. Pakan ini berbentuk crumble yang diberikan pada ayam sampai ayam siap dipanen. Komposisi ransum HI-PRO 611 terlihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Komposisi zat makanan pakan BR-1 HI-PRO 611

Komposisi

Persentase

Kadar air

Protein kasar

Lemak

Serat kasar

Abu

Kalsium

Pospor

Max 13.0 %

22.0 %

min 5.0 %

max 4.0 %

max 7.0 %

min 0.9 %

min 0.6 %

Sumber : Berdasarkan table ransum HI-PRO 611

Sedangkan untuk pakan finisher BR-2 CP512-B kandungan hampir sama dengan kandungan zat makanan pakan BR-1 HI-PRO 611, cuma yang membedakan kandungan protein kasarnya yaitu 19-21% dan serat kasar 5%. Pakan finisher ini diperoleh dari PT.Charoen Pokphand, Jawa Barat. Pergantian dengan pakan dari pabrik yang lain ini disebabkan oleh perbedaaan harga, perusahaan yang menentukan pakan apa yang diberikan, sedangkan pengelola kandang hanya melaksanakan perintah dari perusahaan.

Kandungan zat makanan pada pakan BR-2 CP512-B seperti pada tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Komposisi zat makanan pakan BR-2 CP512

Komposisi

Persentase

Kadar air

Protein kasar

Lemak

Serat kasar

Abu

Kalsium

Pospor

Max 13.0 %

19-21.0 %

min 5.0 %

max 5.0 %

max 7.0 %

min 0.9 %

min 0.6 %

Sumber : Berdasarkan tabel ransum BR-2 CP512-B

Dilihat dari komposisi zat makanan dalam pakan terutama kandungan protein kasar dan ada perbedaan kandungan zat makanan dalam pakan selama pemeliharaan, hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh AAK (1986), ransum yang diberikan untuk DOC kandungan proteinnya 22-23 % sedangkan untuk finisher kandungan proteinnya 20-21 %. Hal ini cukup menguntungkan dari segi ekonomisnya dimana semakin tua umur ayam maka kebutuhan proteinnya akan semakin berkurang (Anggorodi,1979). Perbedaan kandungan pakan menentukan biaya pakan yang bisa ditekan karena kandungan pakan terutama protein kasarnya menentukan harga dari pakan tersebut sesuai pendapat Rasyaf (1989), bahwa kandungan protein pakan sangat menetukan harga semakin tinggi kandungan protein maka semakin tinggi pula harganya. Pada peternakan Harapan Farm ini pemberian pakan untuk DOC diberikan sedikit demi sedikit hal ini untuk menghindari terbuangnya pakan. Menurut Rasyaf (1994), pemberian pakan yang efektif untuk broiler dengan takaran 1/3 hingga ½ bagian dari tempat pakan.

Pencegahan Penyakit dan Pengobatan Penyakit

Faktor yang sangat berpengaruh pada kesehatan ternak adalah lingkungan, jika lingkungan disekitar kandang kotor akan memudahkan berkembangnya penyakit yang menyerang ayam. Usaha yang dilakukan di peternakan ini dimulai dari awal baik sanitasi dan vaksinasi. Sanitasi dilakukan sebelum ayam datang dengan membersihkan lingkungan kandang dan kandang. Feses yang tertinggal dalam kandang dikemas dalam karung yang kemudian akan dijual sebagai pupuk kandang. Kandang dicuci dengan air dan disikat setelah kering kemudian disemprot dengan desinfektan Biosep kemudian diberi dikapur dan diistirahatkan selama seminggu, hal ini sesuai dengan pendapat AAK (1986), pembersihan kotoran pada lantai kandang berguna untuk menghindari terjangkitnya wabah penyakit, karena ada kotoran yang tidak tertembus disinfektan.




Gambar 9. Vaksinasi Ayam

Vaksinasi dilakukan dilakukan dengan tetes mata dan suntik, vaksin ND dilakukan pada ayam umur 4 hari melalui tetes mata dan suntik sedangkan vaksin Gumboro dilakukan pada ayam umur 12 hari melalui minuman, vaksin ulang ND dilakukan pada ayam umur 21 hari melalui air minum. Selain itu pencegahan penyakit dilakukan denagan pemberian antibiotik dan vitamin yang diberikan lewat air minum.

Konsumsi, Konversi dan Efisiensi Ransum

Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya ukuran tubuh, kualitas dan palatabilitas ransum, keaktifan, temperatur lingkungan dan tujuan dari pemeliharaan serta yang terutama sekali adalah kandungan energi dalam ransum (Anggorodi, 1979).
Tabel 3. Konsumsi ransum ayam pedaging per ekor/minggu.

Umur (minggu)

Per Minggu (gr)

Per ekor (gr)

I

II

III

IV

V

1.600.000

1.900.000

4.550.000

4.350.000

5.510.000

216,68

259,52

625,08

609,24

743,89

Rata-rata

3.582.000

490,88

Dilihat dari Tabel 3, diketahui bahwa konsumsi ransum rata-rata selama pemeliharaan 490,88 gr atau 0,48 kg per ekor. Menurut Rasyaf (1989) bahwa konsumsi ransum standar umur 5 minggu sampai sebesar 0.68 kg per ekor. Dengan demikian ayam broiler pada peternakan Harapan Farm mengkonsumsi ransum cukup normal.

Konversi Ransum

Konversi ransum yaitu perbandingan jumlah pakan yang habis dikonsumsi dengan bobot badan yang dicapai selama waktu tertentu (AAK,1986).

Tabel 4. Konversi ransum ayam pedaging per ekor/minggu.

Umur (minggu)

PBB (gr/ekor)

Konsumsi Ransum (gr/ekor)

Konversi Ransum

I

II

III

IV

V

103

245,8

410,2

524

320

216,68

259,52

625,08

609,24

745,89

2,10

1,05

1,52

1,16

2,33

Rata-rata

320,6

490,88

1,63

Angka konversi ransum yang diperoleh sesuai dengan nilai tolok ukur yang diungkapkan oleh Murtidjo (1990) yaitu untuk ayam pedaging yang dipelihara secara campuran, umur lima minggu konversi pakannya adalah 1,77. Ini berarti konversi pakan yang diperoleh lebih baik, karena dengan konversi yang lebih kecil atau hampir menyamai dapat menghasilkan bobot badan yang tinggi.

Dilihat dari Tabel 4 tersebut angka konversi ransum ayam broiler pada peternakan Harapan Farm pada umur 5 minggu 1,69 angka konsumsi ini masih cukup baik hal ini berarti penggunaan ransum cukup efisien, didukung pendapat Rasyaf (1989), ayam broiler pada umur 5-6 minggu angka konversi sebesar 1,73.

Efisiensi Ransum

Efisiensi ransum adalah untuk mengukur seberapa efisien ransum yang dikonsumsi untuk mencapai pertambahan bobot badan.

Tabel 5. Efiensi Ransum

Umur (minggu)

PBB (gr/ekor)

Konsumsi Ransum (gr/ekor)

Efisiensi Ransum

(%)

I

II

III

IV

V

103

245,8

410,2

524

320

216,68

259,52

625,08

609,24

745,89

47

94

65

86

43

Rata-rata

320,6

490,88

67

Efisiensi ransum adalah perbandingan pertambahan bobot badan dengan ransum yang dikonsumsi, semakin tinggi efisiensi ransum maka pemeliharaan semakin baik (Rasyaf, 1995). Dilihat dari tabel diatas efisiensi ransum termasuk sedang, dengan rata-rata adalah 67%.

Tingkat Kematian

Tingkat kematian pada peternakan Harapan Farm ini mencapai 1,03 % hal ini disebabkan oleh stress, kepadatan kandang, penyakit dan hal lain yang belum terdeteksi, kematian pada peternakan Harapan Farm ini masih dalam batas wajar karena angka mortalitas yang dapat ditolerir pada pemeliharaan ayam broiler maksimum 4 % (Rasyaf,1994).

Untuk lebih jelasnya, tingkat kematian ayam secara terperinci disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 6. Tingkat Kematian Ayam Pedaging

Umur (minggu)

Persentase Kematian (%)

I

II

III

IV

V

2,28

0,71

0,57

0,38

1,24

Rata-rata

1,03

Berdasarkan pengamatan lapangan di peternakan ini, tingkat kematian terbesar pada saat minggu ke-1 dan minggu ke-5. Hal ini disebabkan oleh pada saat minggu pertama anak ayam yang baru datang kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan harus menyesuaikan diri. Sedangkan pada minggu terakhir disebabkan oleh kepadatan kandang yang sudah tinggi.

Produksi dan Pemasaran

Produksi daging yang dihasilkan dari peternakan Harapan Farm ini diketahui dengan cara menimbang ayam pada ayam waktu akan dijual. Pada peternakan ini terjadi dua kali panen yaitu umur 30 hari dan 40 hari.


Gambar 10. Saat pemanenan ayam

Berat rata-rata ayam saat dipanen pada umur 30 hari adalah 1,20 kg dan berat rata-rata ayam saat dipanen pada umur 40 hari adalah 1,72 kg dengan jumlah total berat pada saat penjualan rata-rata 10761 kg dari 6330 ekor ayam. Di lihat dari hasil penimbangan berat rata-rata ayam saat dipanen cukup baik, dimana menurut pendapat Rasyaf (1995) bahwa pada umur 5 minggu bobot tubuh ayam pedaging antara 1,2 – 1,5 kg.

Pemasaran ayam pedaging broiler ini langsung oleh perusahaan induk dan harga ditetapkan oleh perusahaan peternakan Harapan Farm. Dimana pada saat penjualan harga berkisar dari Rp.7.500,00/kg. Untuk pemancing semangat produktivitas pekerja, diberikan sisitem bonus dimana bila penjualan ayam melebihi dari target perusahaan dan akan diberikan uang tambahan dari jumlah kilogram ayam yang ada. Hal ini cukup manjur diterapkan karena para pekerja termotivasi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan juga keuntungan bagi peternakan semakin bertambah.

KESIMPULAN

Kesimpulan

Pemeliharaan ayam pedaging (broiler) di Peternakan Harapan Farm di Desa Mendalo Darat telah berjalan cukup baik, dapat dilihat dari pertambahan bobot badan, konsumsi ransum, konversi ransum dan persentase kematian masih berada pada keadaan standar seperti yang ditetapkan oleh literatur yang ada walaupun tidak sepenuhnya mengacu pada sumber atau teori yang dipelajari penulis.

Saran

Tujuan utama dari pemeliharaan ayam pedaging (broiler) adalah mencapai produksi yang maksimal dengan keuntungan yang sebesar-besarnya. Oleh karena itu untuk periode pemeliharaan ayam pedaging selanjutnya, selain mengejar target yang telah ditetapkan oleh perusahaan, perlu adanya perbaikan dalam tatalaksana pemeliharaan ayam pedaging broiler seperti penyesuaian kapasitas kandang, pencegahan dan pengobatan penyakit secara intensif, pemisahaan ayam yang sakit pada kandang sanitasi dan pengkarantinaan DOC yang baru tiba serta pemberian insentif (bonus) bagi pekerja agar dicapai hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Aksi Agraris Kanisius. 1986. Beternak Ayam Pedaging. Kanisius, Yogyakarta.

Anggorodi. R. 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia, Jakarta.

Djanah. 1985. Beternak Ayam dan Itik. CV Yasaguna. Jakarta.

Murtidjo.BA. 1990. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisisus, Jakarta.

Murtidjo.BA. 1992. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Yogyakarta.

Rasyaf. M. 1989. Bahan Makanan Unggas di Indonesia. Kanisius, Yogyakarta.

Rasyaf. M. 1994. Beternak Ayam Pedaging. Swadaya, Jakarta.

Rasyaf. M. 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. Gramedia, Jakarta.

Siregar.A.P. 1980. Teknis Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Margie Group, Jakarta.

Tim Pyridam. 1988. Sukses Beternak Ayam. PT.Pyridam, Jakarta.

Lampiran 1. Jenis Obat-Obatan dan Vaksin

1. Ciprovet : antibiotik pencegah ngorok. Dosis: 0,5 gr/liter air minum. Umur 1-10 hari. Produksi: PT.Mensana Aneka Satwa

2. Ampivet : antibiotik (snot,kkolera,typus, berak kapur, radang usus dan diare, colibacilosis),ionfeksi kuman streptococcus dan staphlococcuss). Dosis 0,5 gr/liter air minum.

3. Carnitol : Multivitamin, menjaga stamina dan vitalitas tetap tinggi. Dosis 1-2 ml/liter air minum diberikan 3-5 hari berturut turut. Produksi PT.Mensana.

4. Masachicks : Kombinasi antibiotik virginiamisinia dan multivitamin dalam komposisi ideal khusus anak ayam. Aturan pakai : umur 0-2 minggu 5 gr/ 7 liter air minum. Umur 3-5 minggu 5 gr/ 10 liter air minum diberikan 3-5 hari berturut. Produksi: PT. Mensana Aneka Satwa Jakarta

5. Vitamas : multivitamin, menjaga stamina dan vitalitas kesehatan tetap tinggi. Dosis 10 gr/ 100-120 liter air minum. Produksi PT Mensana.

6. Neoxin : antibakteri, pencegah penyakit cholera, coryza/snot, colibacilossis, sinusitis, salmonellosis. Dosis : 2 gr/liter air minum selama 3-5 hari berturut. Waktu henti pemakaian 7 hari sebelum dipotong. PT. Mensana Aneka Satwa, Jakarta.

7. Supralit : anti stress, vitamin plus elektrolit. Dosis 5 gr/10 liter air minum selama dalam keadaaan stress. Produksi PT.Aneka Satwa Jakarta.

8. Vaksin ND : mencegah terjangkitnya penyakit ND atau Tetelo. HIPRAVIAR-S Clon active 1000 dosis. HIPRAVIAR CLP inactive 2500 dosis diinjeksi 0,5 cc. Steroson Solution 1000 dosis. Diberikan melalui tetes mata, hidung atau mulut. 1 tetes/ekor. Produksi HIPRA

9. Vaksin Gumboro : Mencegah serangan penyakit gumboro. Dilarutkan dalam air minum sebanyak 1000 dosis per 1000 ekor ayam pada umur 12 hari. Produksi Medica

10. Biosep : membunuh bibit penyakit. Disemprotkan sebelum ayam masuk pada kandang dan lingkungan sekitar. Dosis 5 ml/10 liter air. Produksi Triosep.

11. Kapur : untuk membunuh bibit penyakit dan memberikan susasana nyaman/hangat pada kandang. Dosis 1 kg/ 10 liter air.

Lampiran 2. Perhitungan Pertambahan Bobot Badan Ayam Pedaging (ekor/minggu)

Minggu 1 = bobot badan akhir per minggu – bobot badan awal per minggu

= 140 – 37 gr

= 103,0 gr

Minggu 2 = bobot badan akhir per minggu – bobot badan awal per minggu

= 385,8- 140 gr

= 245,8 gr

Minggu 3 = bobot badan akhir per minggu – bobot badan awal per minggu

= 796 – 385,8 gr

= 410,2 gr

Minggu 4 = bobot badan akhir per minggu – bobot badan awal per minggu

= 1320 – 796 gr

= 524,0 gr

Minggu 5 = bobot badan akhir per minggu – bobot badan awal per minggu

= 1640 –1320 gr

= 320,0 gr

Jadi rata-rata Pertambahan Bobot Badan (PBB) :

= 103,0 + 245,8 + 410,2 + 524,0 + 320,0

5

= 1603

5

= 320,6 gr/ekor

Lampiran 3. Perhitungan Konsumsi Ransum Ayam Pedaging (gr/BK/ekor/hari)

Minggu 1 = Jumlah ransum yang dikonsumsi

Jumlah ayam dalam kandang

= 1.600.000

7384

= 216,68 gr

Minggu 2 = Jumlah ransum yang dikonsumsi

Jumlah ayam dalam kandang

= 1.900.000

7321

= 259,52 gr

Minggu 3 = Jumlah ransum yang dikonsumsi

Jumlah ayam dalam kandang

= 4.550.000

7279

= 625,08 gr

Minggu 4 = Jumlah ransum yang dikonsumsi

Jumlah ayam dalam kandang

= 4.350.000

7140

= 609,24 gr

Minggu 5 = Jumlah ransum yang dikonsumsi

Jumlah ayam dalam kandang

= 5.150.000

6923

= 743 gr,89 gr

Rata-rata konsumsi ransum :

= 216,68 + 259,52 + 625,08 + 609,24 + 734,89

5

= 2454,41

5

= 490,88 gr/ekor/hari

Jadi untuk selama 1-35 hari :

= 490,88 X 35

= 17180,8 gr/ekor

Lampiran 4. Perhitungan Konversi Ransum Ayam Pedaging (ekor/hari)

Minggu 1 = Konsumsi Ransum

PBB

= 216,68

103

= 2,10

Minggu 2 = Konsumsi Ransum

PBB

= 259,52

245,8

= 1,05

Minggu 3 = Konsumsi Ransum

PBB

= 625,08

410,2

= 1,52

Minggu 4 = Konsumsi Ransum

PBB

= 609,24

524

= 1,16

Minggu 5 = Konsumsi Ransum

PBB

= 745,89

320

= 2,33

Jadi rata-rata konversi ransum :

= 2,10 + 1,05 + 1,52 + 1,16 + 2,33

5

= 8,16 = 1,63

5

Lampiran 5. Perhitungan Efisiensi Ransum Ayam Pedaging (dalam persen)

Minggu 1 = Pertambahan Bobot Badan x 100%

Konsumsi Ransum

= 103,00 x 100%

216,68

= 47 %

Minggu 2 = Pertambahan Bobot Badan x 100%

Konsumsi Ransum

= 245,80 x 100%

259,52

= 94 %

Minggu 3 = Pertambahan Bobot Badan x 100%

Konsumsi Ransum

= 410,20 x 100 %

625,08

= 65 %

Minggu 4 = Pertambahan Bobot Badan x 100%

Konsumsi Ransum

= 524,00 x 100%

609,24

= 86 %

Minggu 5 = Pertambahan Bobot Badan x 100 %

Konsumsi Ransum

= 320,00 x 100%

745,89

= 43 %

Rata-rata efesiensi ransum :

= 47% + 94 %+ 65% + 86% + 43%

5

= 335

5

= 67 %

Lampiran 6. Persentase Kematian Ayam Pedaging

Minggu 1 = Jumlah ayam yang mati pada akhir mingggu x 100%

Jumlah ayam yang hidup pada awal minggu

= 173 x 100%

7557

= 2,28 %

Minggu 2 = Jumlah ayam yang mati pada akhir mingggu x 100%

Jumlah ayam yang hidup pada awal minggu

= 53 x 100%

7384

= 0,71 %

Minggu 3 = Jumlah ayam yang mati pada akhir mingggu x 100%

Jumlah ayam yang hidup pada awal minggu

= 42 x 100%

7321

= 0,57 %

Minggu 4 = Jumlah ayam yang mati pada akhir mingggu x 100%

Jumlah ayam yang hidup pada awal minggu

= 28 x 100%

7279

= 0,38 %

Minggu 5 = Jumlah ayam yang mati pada akhir mingggu x 100%

Jumlah ayam yang hidup pada awal minggu

= 89 x 100%

7140

= 1,24 %

Rata-rata persentase kematian :

= 2,28% + 0,71% + 0,57% + 0,38% + 1,24%

5

= 5,15

5

= 1,03%

Lampiran 7. Analisa Biaya Usaha

A. Pengeluaran

Jenis Pengeluaran

Biaya

1. Pembelian DOC 1 ekor Rp 3000 x 7500 ekor

Rp 22.500.000,-

2. Pembelian pakan 1 karung @ Rp.120.000,- x 270

Rp 32.400.000,-

3. Pembelian obat- obatan

Rp 1.000.000,-

4. Biaya listrik

Rp 300.000,-

5. Upah tenaga kerja 2 orang

Rp 600.000,-

6. Biaya operasional

Rp 500.000,-

7. Biaya tak terduga

Rp 200.000,-

Jumlah

Rp 57.500.000,-

B. Pendapatan

Pendapatan

J u m l a h

1. Penjualan ayam 6330 ekor dengan berat 10761 kg x Rp 7.500,00

Rp. 80.707.500,-

2. Penjualan Feses

Rp. 2.000.000,-

Total pendapatan

Rp. 82.707.500,-

C. Keuntungan

J u m l a h

Total Pengeluaran

Rp. 82.707.500,-

Total Pendapatan

Rp. 57.500.000,-

Keuntungan

Rp. 25.207.500,-

Lampiran 8. Denah Lokasi Peternakan Harapan Farm

Perumahan Mendalo Asri













Ke Ma.Bulian ke Jambi








Lokasi lokasi peternakan jln.

3

Universitas ke

Jambi ma

2

3

3

ju an.









3






Jln. Kemajuan

Perumahan Puri Masurai

Keterangan :

1. Rumah Penjaga

2. Gudang

3. Kandang Ayam

4. Sumber Air

Lampiran 9. Label Pakan, DOC dan Vaksin ND

TATALAKSANA PEMELIHARAAN AYAM PEDAGING (BROILER)

(Magang di Peternakan Harapan Farm Jl. Kemajuan KM. 15 Desa Mendalo

Darat Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi)

LAPORAN MAGANG

OLEH

MARFRIANDI HASTINURA ALAMSYAH

E1B000082

Ketua Jurusan Menyetujui

Nutrisi dan Makanan Ternak, Pembimbing Magang,

Ir. Ahmad Yani, MP Ir. Dodi Devitriano, M.P

NIP. NIP. 132059148


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas karunia dan rahmat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan laporan Farm Experience ini dengan judul “ Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Pedaging (Broiler) ” (Magang di Peternakan Harapan Farm Jl.Kemajuan KM.15 Desa Mendalo Darat Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi ).

Ucapan terima kasih pertama sekali buat Bapak Ir. Dodi Devitriano, MP selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam pelaksanan Farm Experience dan penulisan laporannya. Terima kasih yang tak terhingga buat Mas Parni dan Bang Katenu atas izin dan bimbingan selama magang, juga buat rekan saya Kessi Trisnawati atas kerjasamanya dalam melaksanakan magang.

Dalam penulisan laporan ini tentunya masih banyak kekurangannya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang, Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Jambi, Oktober 2004

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi

PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

METODA MAGANG ....................................................................................... 4

Waktu dan Tempat ...................................................................................... 4

Materi Magang ............................................................................................. 4

Metoda Pengumpulan Data .......................................................................... 5

Pengolahan Data .......................................................................................... 6

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 7

Keadaan Umum Peternakan ......................................................................... 7

Perkandangan .............................................................................................. 8

Bibit ............................................................................................................. 12

Sistem Pemeliharaan ..................................................................................... 14

Pemberian Makan Dan Minum ..................................................................... 18

Pencegahan dan Pengobatan Penyakit .......................................................... 21

Konsumsi, Konversi dan Efisiensi Ransum .................................................... 22

Tingkat Kematian ........................................................................................ 25

Produksi dan Pemasaran ............................................................................. 26

KESIMPULAN ................................................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 29

LAMPIRAN ..................................................................................................... 30

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi Ransum HI-PRO 611 ................................................................... 19

2. Komposisi Ransum BR-2 CP512B ................................................................ 20

3. Konsumsi Ransum .......................................................................................... 22

4. Konversi Ransum dan PBB ........................................................................... 23

5. Efisiensi Ransum dan PBB .............................................................................. 24

6. Tingkat Kematian Ternak ............................................................................... 25

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Obat-obatan dan Vaksin ............................................................................... 30

2. Pertambahan bobot badan .............................................................................. 31

3. Perhitungan Konsumsi Ransum ....................................................................... 32

4. Perhitungan Konversi Ransum ....................................................................... 33

5. Perhitungan Efisiensi Ransum .......................................................................... 34

6. Persentase Tingkat Kematian Ayam Pedaging ................................................. 35

7. Analisa Biaya Usaha Peternakan ..................................................................... 36

8. Denah Lokasi Peternakan Harapan Farm ..................................................... 37

9. Label Pakan, DOC dan Vaksin ...................................................................... 38

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

  1. Lingkungan peternakan ........................................................................... 7
  2. Kandang ayam ....................................................................................... 9
  3. Peralatan Makan dan Minum .................................................................. 12
  4. Bibit DOC umur sehari ............................................................................ 13
  5. Ayam masa pertumbuhan minggu ke-1 ...................................................... 14
  6. Ayam masa pertumbuhan umur 2 minggu ................................................. 16
  7. Ayam masa finisher ................................................................................. 17
  8. Pemberian Makan dan Minum ............................................................... 18
  9. Vaksinasi ............................................................................................... 21
  10. Pemanenan ........................................................................................... 26

TATALAKSANA PEMELIHARAAN AYAM PEDAGING (BROILER)

(Magang di Peternakan Harapan Farm Jl. Kemajuan Km.15 Desa Mendalo

Darat Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi)

LAPORAN MAGANG

OLEH :

MARFRIANDI HASTINURA ALAMSYAH

E1B000082


FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2004






Tidak ada komentar:

Posting Komentar