Selasa, 11 Oktober 2011

Tempe Biji Karet

TEMPE BIJI KARET

Oleh Sabar,Deky, N Yuni

Post Edit by Marfriandi HA

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tempe merupakan makanan yang sangat populer dikalangan masyarakat Indonesia, tempe memiliki gizi yang tinggi dan biasanya dijadikan lauk - pauk dalam keseharian mayarakat. Tempe disukai oleh semua lapisan masyarakat, baik lapisan masyarakat berekonomi menengah kebawah maupun masyarakat berekonomi menengah keatas. Tempe selain harganya lebih murah dibanding lauk - pauk lainnya, tempe juga memiliki kelebihan lain, yaitu cakupan gizi pada tempe yang tinggi terutama dalam memenuhi kecukupan kebutuhan protein.
Kedelai sebagai bahan baku tempe yang umum digunakan saat ini harga naik dengan dramastis hampir mencapai 100 %, ini didapat dari wawancara kepada salah satu pedagang di pasar kemuning kota baru Pontianak yang mengatakan bahwa pada mulanya harga kedelai berkisar Rp 4.500 kini mencapai Rp 7.000 perkilo, naiknya harga kedelai dikarenakan kebutuhan terhadap kedelai yang tinggi tetapi tidak disertai produksi kedelai yang besar pula. Dengan naiknya harga kedelai menjadikan harga tempe juga naik. Kini tempe bukanlah makanan yang ”murah meriah” tapi telah menjadi makanan yang setara harganya dengan lauk pauk lainnya seperti ikan. Hal ini mengakibatkan daya beli masyarakat menurun, apa lagi disertai dengan kenaikan kebutuhan lainnya.
Untuk memenuhi kebutuhan akan bahan baku pembuatan tempe maka diperlukan alternatif yang dapat memecahkan permasalah tersebut yaitu terpenuhinya bahan baku pembuatan tempe dengan harga murah dengan memperhatikan kandungan gizi terutama protein yang tinggi. Salah satu tanaman alternatif yang dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah tanaman Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg)
Karet mampu memproduksi biji kaya protein serta memiliki ongkos produksi yang murah. Hal tersebut karena ketersedian biji tanaman karet tersedia banyak di Indonesia, dimana indonesia merupakan negara dengan tanaman karet terluas didunia (Didit H.S dan Agus Andoko. 2005) selama ini biji karet hanya dimanfaatkan sebagai bibit tanaman saja, selebihnya dibiarkan terbuang tanpa pemanfaatan.
Karet merupakan produk perkebunan yang hingga saat ini dimanfaatkan getah dan batangnya saja. Biji karet belum dimanfaatkan secara maksimal, selain sebagai bibit tanaman saja, selebihnya dibiarkan terbuang tanpa pemanfaatan (Muchtadi,dkk.1985). Kandungan protein yang terdapat pada biji karet juga hampir sama bila dibandingkan dengan kedelai dan beberapa tanaman komersil lainnya (Sumber:http://nippontori.multiply.com/journal/item/34) dan (Giok L,dkk. 1967 ). Selain itu ketersediaan biji tanaman karet sangat tinggi di indonesia, karena indonesia merupakan negara penghasil karet terbesar didunia (Didit H.S dan Agus Andoko. 2005).
Berdasarkan data dari dinas perkebunan Kalimantan Barat , diperoleh data bahwa Kalimantan Barat adalah penghasil karet yang cukup besar dengan luas lahan karet ± 475.000 Ha pada tahun 2005 dan diperkirakan pada tahun 2010 mencapai 1,2 juta ha (http://disbun.kalbar. go.id/pub/pdf/ probangkara.pdf)
Tabel 1
Ketersediaan Biji Karet Blok Penghasil Tinggi per Tahun
di Kalimantan Barat (tahun 2005).
No. Kabupaten Luas (Ha) Taksasi Produksi
Jumlah Pohon Total Produksi (Biji)
1 Pontianak 104 41.600 4.368.000
2 Landak 273 109.220 11.466.000
3 Sambas 50 13.522 815.000
4 Bengkayang 160 43.203 3.775.670
5 Sanggau 58 14.500 348.000
6 Sintang 2.258 786.750 85.008.750
7 Kapuas Hulu 30 12.000 1.260.000
8 Melawi 302 105.800 11.609.000
Jumlah 3.544 1.144.960 101.477.420
(http://disbun.kalbar. go.id/pub/pdf/ probangkara.pdf)
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa produksi biji karet di Kalimantan Barat cukup besar oleh karena itu pemanfaatan biji karet sebagai bahan baku alternatif dalam pembuatan tempe merupakan salah satu solusi yang dilakukan untuk mengatasi kenaikan harga tempe akibat kenaikan harga kedelai. Apalagi tanaman karet dapat dibudidayakan dengan baik di Indonesia termasuk di Kalimantan Barat.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji potensi biji karet sebagai bahan baku pembuatan tempe. Adapun rumusan masalah dalam penulisan karya ilmiah ini sebagai berikut ini:
1. Bagaimanakah Kandungan protein Biji Karet?
2. Bagaimanakah Proses PembuatanTempe dari Biji Karet?
3. Bagaimanakah Nilai ProteinTempe dari Bahan Baku Biji Karet ?

3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini yaitu :
1. Mengkaji Kandungan Protein Biji Karet
2. Mengkaji Proses Pembuatan Tempe dari Biji Karet
3. Mengkaji Nilai Protein Tempe dari Biji Karet


4. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan karya ilmiah ini yaitu :
1. Dapat memberikan informasi tentang nilai gizi tempe dari biji Karet
2. Dapat memberikan informasi tentang proses pembuatan tempe dari biji Karet
3. Dapat memberikan solusi cara pembuatan tempe tanpa menggunakan kedelai, dengan harga yang lebih murah dan bergizi tinggi


BAB II
TELAAH PUSTAKA
1. Sekilas Tentang Tempe
Tempe adalah makanan yang pada umumnya dibuat dari kacang kedelai yang difermentasikan, yaitu dengan menumbuhkan kapang Rhizopus oryzae pada kedelai matang yang telah dilepaskan kulitnya (Arthur Godman.2000). Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotik untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif (Arthur Godman.2000).
Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia jamur yang menghubungkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang kompak. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi pembuatan tempe membuat tempe memiliki rasa khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam.






Gambar 1. Contoh tempe kedelai (sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Tempe)

Tempe telah banyak dikonsumsi baik di Indonesia maupun diseluruh dunia, terutama kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menemukan tempe sebagai pengganti daging, sehingga sampai saat ini tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia.
Tempe merupakan sumber protein nabati yang mempunyai nilai gizi yang tinggi (Muchtadi.1989). Tempe dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat dengan konsumsi rata-rata sehari/orang 4,4 g sampai 20,0 g (Muchtadi.1989). Tempe dapat diperhitungkan sebagai sumber makanan yang baik gizinya karena memiliki kandungan protein, karbohidrat, asam lemak esensial, vitamin, dan mineral. Nutrisi utama yang hendak diambil dari tempe adalah proteinnya, karena besarnya kandungan asam amino didalamnya.
Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain.
Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan dengan bahan bakunya. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lanjut usia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur.
Dibandingkan dengan bahan bakunya, terjadi beberapa hal yang menguntungkan pada tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi protein, serta skor proteinnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai sebagai bahan baku tempe pada umumnya.
Mutu gizi tempe yang tinggi memungkinkan penambahan tempe untuk meningkatkan mutu serealia dan umbi-umbian. Hidangan makanan sehari-hari yang terdiri dari nasi, jagung, atau tiwul akan meningkat mutu gizinya bila ditambah tempe. Sepotong tempe goreng (50 gram) sudah cukup untuk meningkatkan mutu gizi 200 g nasi. Bahan makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe, gaplek-tempe, dalam perbandingan 7:3, sudah cukup baik untuk diberikan kepada anak balita (http://id.wikipedia.org/wiki/ Tempe)
2. Taksonomi Tumbuhan Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg )
2.1 Sejarah penanaman
Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Karet mulai dikenal di Indonesia sejak zaman kolonial Belanda. Sampai sekarang ada tiga spesies karet yang umum dibudidayakan yaitu Hevea brasiliensis, Hevea spruceana dan Hevea puciflora, namun setelah tanaman karet jenis Hevea brasiliensis dikembangkan maka kedua jenis karet lainnya jarang ditanam lagi ( Didit setiawan. 2005). Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Padahal jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat seperti Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman Castillaelastica (family moraceae). Sekarang tanaman tersebut kurang dimanfaatkan lagi getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas dan banyak dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran (Nazarudin dkk.1992. dalam http://id. wikipedia.org/wiki/Karet)
2.2 Botani Tanaman Karet
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15 - 25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Di beberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3 - 20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3 -10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing. Tepinya rata dan gundul Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Lebih lengkapnya, struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
Subfamily : Crotonoideae
Tribe : Micrandreae
Subtribe : Heveinae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis Mull.Arg (Van Steenis, dkk.2006)
2.3 Deskripsi
Daerah penyebaran tanaman karet mencapai luasan antara 15°LU-10°LS. Ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman ini yaitu 1-600 m dpl. Curah hujan yang diinginkan berkisar antara 2.000 – 2.500 mm/tahun. Daur panen untuk kebutuhan bahan pulp sekitar 25 tahun. Karet cukup baik dikembangkan di daerah lahan kering beriklim basah. Tanaman karet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan komoditas lainnya, yaitu: (1) dapat tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan, serta masih mampu dipanen hasilnya meskipun pada tanah yang tidak subur, (2) mampu membentuk ekologi hutan, yang pada umumnya terdapat pada daerah lahan kering beriklim basah, sehingga karet cukup baik untuk menanggulangi lahan kritis, (3) dapat memberikan pendapatan harian bagi petani yang mengusahakannya, dan (4) memiliki prospek harga yang cukup baik, karena kebutuhan karet dunia semakin meningkat setelah China membuka pasar baru bagi karet Indonesia (http://korannias.wordpress.com/2007/09/03/tentang-karet/)
Produktivitas satuan luas dipengaruhi oleh jarak tanam dan kerapatan tanaman, disamping faktor-faktor yang lainya. Jarak yang lebih sempit akan berdampak negative dengan beberapa kelemahannya. Beberapa kerusakan yang akan terjadi akibat jarak yang lebih sempit adalah kerusakan mahkota tajuk oleh angin Kematian pohon karena penyakit menjadi lebih tinggi Tercapainya lilit batang sadap lebih lambat Hasil getahnya akan berkurang Oleh sebab itu, dalam melakukan penanaman, sangat tidak dianjurkan terlalu rapat jarak antara satu pohon dengan pohon yang lainnya. Melihat hal tersebut diatas, maka dewasa ini kepadatan kerapatan pohon setiap hektarnya tidak melebihi dari jumlah 400 sampai dengan 500 pohon. Hal itu berarti jarak tanamnya perhektar adalah 7 x 3 m, 7,14 x 3,33 m atau 8 x 2,5 m.
( http://id.wikipedia.org/wiki/Karet)

Batang : Pohon, tinggi ± 15 – 25 m, Tegak, berkayu, bulat, permukaan halus, batang warna coklat bercak – bercak putih, diameter besar, percabangan monopodial, hitam keputih - putihan, batang menghasilkan getah yang lebih dikenal dengan nama lateks.( Van Steenis,dkk.2006.)












Gambar 2. pohon Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg )
(sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Karet)
Daun : Daun karet terdiri dari tangkai utama sepanjang 3- 20 cm dan tangkai anak daun sepanjang 3- 10 cm dengan kelenjat diujungnya, setiap daun terdiri atas tiga anak daun yang berbentuk elips memanjang dengan ujung runcing, warna hijau dan menjadi merah atau kuning menjelang rontok.










Gambar 3. Daun Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg). (sumber : http://id. wikipedia. org/ wiki/Karet)
Bunga : memiliki bungan jantan dan betina dalam satu pohon , terdapat dalam malai payung yang jarang . pangkal tenda bunga berbenruk lonceng dan ujungnya terdapat lima taju yang sempit. Bunga betina lebih besar dari bunga jantan serta mengandung bakal buah yang beruang tiga,kepala putik berjumlah tiga, organ kelamin jantan berbentuk tiang yang merupakan gabungan dari sepuluh benang sari, kepala sari terdiri dari dua ruangan










Gambar .4 Bunga Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg).
(sumber: http://www.nzenzeflowerspauwels. be/ HeveBrasjpg)
Buah : buah karet berdiameter 3-5 cm, terbentuk dari penyerukan bunga karet dan memiliki pembagian ruang yang jelas (3-6 ruang), ruangan berbentuk bola, jika sudah tua buah karet akan pecah dengan sendirinya menurut ruang – ruangnya dan setiap pecahan akan rumbuh menjadi individu baru jika jatuh ketempat yang tepat.








Gambar 5. Buah Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg)yang masih muda.
(sumber: http://www. nzenzeflower spauwels. be/ HeveBrasjpg)










Gambar 6 Buah Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) yang sudah tua.
(sumber: http://www. nzenzeflower spauwels. be/ HeveBrasjpg)
Biji : Garis tengah ± 1.98 cm, berbentuk bulat lonjong, keras dan berwarna coklat bercak – bercak putih,berat perbiji ± 0.78 g - 3.29 g





Gambar 7 Biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg)
(sumber : http://id. wikipedia. org/ wiki/Karet)

Akar : akar pohon karet berupa akar tunggang yang mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi keatas. ( Didit setiawan. 2005)
















BAB III
METODE PENULISAN
Penulisan Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM) ini disusun berdasarkan telaah pustaka dari literatur-literatur yang sesuai dengan topik penulisan. Literatur-literatur yang digunakan merupakan literature-literatur yang bersifat primer (jurnal) dan sekunder (text book, internet). Berdasarkan penulusuran literatur ini kemudian diperoleh data yang bersifat primer dan sekunder.
Tulisan ini juga menggunakan metode kualitatif dengan menampilkan data deskriptif berupa kata-kata yang bersifat rasional. Prosedur pemecahan masalah dilakukan berdasarkan pada permasalahan yang terdapat di dalam masyarakat. Permasalahan yang menjadi dasar dalam penulisan karya ilmiah ini timbul setelah diketahui bahwa kedelai sebagai bahan baku pembuatan tempe mengalami kenaikan harga dan produksi kedelai nasional yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam pembuatan tempe sehingga diperlukan jalan alternatif untuk menggantikan bahan baku kedelai dengan bahan baku lainnya yang kandungan gizinya tidak kalah dengan tempe dari kedelai.
Usaha pemecahan masalah dilakukan dengan cara mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan pokok permasalahan. Melalui telaah pustaka kemudian setelah itu dijabarkan dalam bentuk karya tulis ilmiah yang logis, dinamis, objektif dan realistis yang merupakan pemikiran kritis mahasiswa berdasarkan pandangan terhadap situasi dan kondisi yang berkembang saat ini sehingga diperoleh kesimpulan tentang pemecahan masalah yang terjadi secara keseluruhan yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat





BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS
1. Kandungan Protein Biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg)
Biji Karet Garis tengah ±1.98 cm, berbentuk bulat lonjong, keras dan berwarna coklat bercak – bercak putih,berat perbiji ±0.78 g - 3.29 g. Berdasarkan Analisa , biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) memiliki kandungan gizi sebagai berikut.
Tabel 2
kandungan biji karet
Kandungan
basah (%)
kering (%)

Dry matter 90.4 88.9
Ash 3.11 3.96
NDF 70.4 22.7
N 0.55 3.95
Organic matter 97.9 96.0
Protein - 27
Lemak - 32.3
Karbohidrat
- 15.9
(Giok L T, Samsudin, Husaini and Tarwotjo. 1967) dan (Chhay Ty and Chiev Phiny .2001)
Bila kadar protein, lemak biji karet di bandingkan dengan beberapa kacang – kacangan maka biji karet memiliki kadar protein yang cukup besar, perbandingan kadar tersebut dapat dilihat seperti tabel berikut


Tabel 3
Komposisi nutrisi biji karet, kedelai, kacang hijau, kacang tanah, dan kecipir.
No. Biji Protein
(%) Lemak
(%) Karbohidrat
(%) Air
(%)
1. karet 27 32.3 15.9 9,1
2. Kedelai 34,9 14,1 34,8 8,0
3. Kacang Hijau 22,2 1,2 62,9 10,0
4. Kacang tanah 25,3 42,8 21,1 4,0
5. Kecipir 32,8 17,0 36,5 10,0
Sumber: Balai Informasi Pertanian-Ciawi, 1985 (dalam http://nippontori. multiply. com/journal/item/34) dan (Giok L T, Samsudin, Husaini and Tarwotjo. 1967 )
2. Proses PembuatanTempe dari Biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg)
Berdasarkan wawancara dengan Suryati salah seorang pembuat tempe karet di Sanggau Kalimantan Barat di peroleh informasi bahwa cara pembuatan tempe dari biji karet tidak berbeda jauh dengan proses pembuatan tempe dengan bahan baku kedelai, tetapi terdapat sedikit perlakuan yang yang membedakannya. Yakni, merendam biji karet selama 2 x 24 jam, kemudian membuang bagian kulit luarnya dan bakal daun. Biji karet yang sudah bersih dari kulit itu kemudian dikukus, dan setelah itu didinginkan kemudian diberi ragi tempe ( Rhizopus oryzae) lalu membungkusnya dalam kemasan. Secara rinci proses tersebut sebagai berikut :
1. Disiapkan biji karet sebanyak 3 kilogram
2. Biji karet dicuci bersih untuk menghilangkan kotoran pada kulit biji.
3. Selanjutnya biji karet di buang kulitnya dengan cara memecahkannya4. Setelah terpisah dari kulitnya, daging biji di buang bakal daunnya agar tidak memabukkan saat dimakan , lalu di rendam selama 2 x 24 jam
5. Setelah direndam kemudian di rebus selama ± 2-3 jam
6. Biarkan hingga dingin , setelah dingin air rebusan di buang lalu biji direndam lagi selama 36 jam dengan air baru
7. Biji karet lalu di cuci dan di kukus ± 30 menit
8. Setelah dikukus selama 30 menit, air yang tersisa didalam panci/dandang dibuang, kemudian biji karet dipindahkan ketempat yang lebih lebar (tampah) dan diratakan tipis-tipis. Selanjutnya, biji karet dibiarkan dingin sampai permukaan keping karet kering dan airnya menetes habis
9. Setelah dingin, taburkan ragi tempe ( Rhizopus oryzae) sebanyak ± 6 gram ( 0,2 % dari bobot biji karet) sambil diaduk – aduk sampai rata. Penambahan ragi bertujuan guna mempercepat/merangsang pertumbuhan jamur. Tahap peragian (fermentasi) adalah tahap penentu keberhasilan dalam membuat tempe
10. Selanjutnya tempe dikemas sesuai dengan selera, dapat menggunakan plastik ataupun daun pisang. Bila menggunakan daun, daun yang biasanya digunakan untuk pembungkus adalah daun pisang atau daun jati. Ada yang berpendapat bahwa rasa tempe yang dibungkus plastik menjadi "aneh" dan tempe lebih mudah busuk (dibandingkan dengan tempe yang dibungkus daun).
11. Plastik atau daun pisang yang telah berisi biji karet dilubangi dengan menggunakan jarum yang terbuat dari kayu ukuran kecil kira-kira 6 - 8 lubang untuk setiap sisi atas dan sisi bawah.
12. Tempe disimpan di tempat yang tidak tertutup (pada suhu kamar) untuk menghindari pembusukkan pada tempe karena suhu yang terlalu panas, usahakan ditempat yang terjadi sirkulasi udara.
13. Tempe didiamkan kurang lebih selama 36 jam.
14. Setelah 36 jam, tempe siap di olah menjadi makanan yang lezat dan bergizi tinggi.
Proses pembuatan tempe dari karet tidaklah rumit, sehingga kemungkinan untuk mengembangkannya sangatlah besar, apalagi didukung dengan ketersediaan bahan baku yang banyak di alam, kandungan protein tempe dari karet lebih tinggi dari tempe dari kedelai selain itu tanaman karet dapat dibudidayakan dengan baik di Indonesia, salah satunya di Kalimantan Barat .
3. Kandungan Protein Tempe Dari Biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg)
Perbandingan kadar protein tempe biji karet dengan tempe kedelai dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 4
Perbandingan kandungan protein pada tempe biji karet dengan tempe kedelai
Jenis Tempe Kadar
(%)
Tempe biji karet
Tempe kedelai 30,15
22,41
(Wizna, Mirnawati, Jamarun, dan N. Zuryani, Y. 2000) dan http://nippontori.multiply.com/journal/item/34
Kandungan gizi pada tempe karet terutama protein mengalami peningkatan dibandingkan dengan biji karet yang murni, selain itu tempe dari karet memiliki kandungan protein yang lebih besar dari pada tempe yang berasal dari kacang kedelai
Adapun Kelebihan tempe dari biji karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg), Secara organoleptik
a. Tempe dari biji karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) lebih lembut dari pada tempe dari kedelai.
b. Tempe biji karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) tidak cepat menjadi tempe busuk dan dapat disimpan selama 2 minggu di dalam lemari es.







BAB V
PENUTUP
1. Simpulan
1 Biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) memiliki potensi besar sebagai bahan baku alternatif pembuatan tempe selain kedelai
2. Biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) mengandung protein 27 %, setelah dibuat menjadi tempe kandungan protein pada tempe biji karet menjadi 30,15 %. sedangkan pada kedelai, pada mulanya bijinya mengandung protein sebesar 34,9 % dan setelah dibuat tempe mengandung protein sebesar 22,41 %
3. Kelebihan tempe dari biji karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg), dibandingkan tempe kedelai
a. Tempe dari biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) lebih lembut dari pada tempe kedelai.
b. Tempe biji karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) tidak cepat menjadi busuk dan dapat disimpan selama 2 minggu di dalam lemari es.
c. Daya tahan biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) jauh lebih kuat dan tahan lama dari biji kedelai karena biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) dilindungi oleh kulit yang keras dan kedap air.
d. Kelebihan tempe Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) memiliki protein yang lebih besar jika dibanding dengan tempe kedelai
2. Saran
1. Perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakatmengenai pemanfaatan biji karet terutama dalam pembuatan tempe
2. Perlu dilakukan penelitan lebih lanjut mengenai biji karet ini agar nantinya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
3. Pemerintah daerah Kalimantan Barat hendaknya terus meningkatkan budidaya tanaman karet, karena tanaman karet banyak manfaatnya

DAFTAR PUSTAKA
Chhay Ty and Chiev Phiny. 2001. Evaluation of Nutrients of Rubber Seed Meal in Mong Cai Pigs. San Francisco. University of Tropical Agriculture Foundation

Giok L T, Samsudin, Husaini and Tarwotjo. 1967. Nutritional Value of Rubber Seed Protein. American Journal of Clinical Nutrition 20:300-303

Godman Arthur. 2000. Kamus SAINS Bergambar. Penerjemah Bambang Sumantri. Jakarta : Gramedia

Muchtadi, D.1985. Aspek Biokimia Pangan dan Gizi dalam Keamanan Pangan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Muchtadi, D. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Nazarudin, dkk.1992.dalam http://ide.wikipedia. Org/wiki/karet [28 April 2008].

Setiawan H.D, dan Andoko Agus. 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Jakarta : Agro Media Pustaka

Steenis Van.C.G.G.J, dkk.2005. Flora. Jakarta : Pradya Paramita

Winchester, Simon (2003). Krakatoa: The Day the World Exploded, August 27, 1883. HarperCollins, 223-224 dalam http://en.wikipedia.org/ wiki/Para_ rubber_tree [ 18 April 2008]

Wizna, Mirnawati, Jamarun, dan N. Zuryani . 2000. Pemanfaatan Produk Fermentasi Biji Karet (Hevea brasiliensis) dengan Rhizopus oligosporus dalam Ransum Ayam Boiler .Bogor .Puslitbangnak

http://id.wikipedia.org/wiki/Tempe [15 April 2008]

http://nippontori.multiply.com/journal/item/34 [ 18 April 2008 ]

http://id.wikipedia.org/wiki/Karet [27 April 2008]

http://www.nzenzeflowerspauwels. be/ HeveBrasjpg [28 April 2008]

Tridharma

Oleh Sabar,Deky, N Yuni
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tempe merupakan makanan yang sangat populer dikalangan masyarakat Indonesia, tempe memiliki gizi yang tinggi dan biasanya dijadikan lauk - pauk dalam keseharian mayarakat. Tempe disukai oleh semua lapisan masyarakat, baik lapisan masyarakat berekonomi menengah kebawah maupun masyarakat berekonomi menengah keatas. Tempe selain harganya lebih murah dibanding lauk - pauk lainnya, tempe juga memiliki kelebihan lain, yaitu cakupan gizi pada tempe yang tinggi terutama dalam memenuhi kecukupan kebutuhan protein.
Kedelai sebagai bahan baku tempe yang umum digunakan saat ini harga naik dengan dramastis hampir mencapai 100 %, ini didapat dari wawancara kepada salah satu pedagang di pasar kemuning kota baru Pontianak yang mengatakan bahwa pada mulanya harga kedelai berkisar Rp 4.500 kini mencapai Rp 7.000 perkilo, naiknya harga kedelai dikarenakan kebutuhan terhadap kedelai yang tinggi tetapi tidak disertai produksi kedelai yang besar pula. Dengan naiknya harga kedelai menjadikan harga tempe juga naik. Kini tempe bukanlah makanan yang ”murah meriah” tapi telah menjadi makanan yang setara harganya dengan lauk pauk lainnya seperti ikan. Hal ini mengakibatkan daya beli masyarakat menurun, apa lagi disertai dengan kenaikan kebutuhan lainnya.
Untuk memenuhi kebutuhan akan bahan baku pembuatan tempe maka diperlukan alternatif yang dapat memecahkan permasalah tersebut yaitu terpenuhinya bahan baku pembuatan tempe dengan harga murah dengan memperhatikan kandungan gizi terutama protein yang tinggi. Salah satu tanaman alternatif yang dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah tanaman Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg)
Karet mampu memproduksi biji kaya protein serta memiliki ongkos produksi yang murah. Hal tersebut karena ketersedian biji tanaman karet tersedia banyak di Indonesia, dimana indonesia merupakan negara dengan tanaman karet terluas didunia (Didit H.S dan Agus Andoko. 2005) selama ini biji karet hanya dimanfaatkan sebagai bibit tanaman saja, selebihnya dibiarkan terbuang tanpa pemanfaatan.
Karet merupakan produk perkebunan yang hingga saat ini dimanfaatkan getah dan batangnya saja. Biji karet belum dimanfaatkan secara maksimal, selain sebagai bibit tanaman saja, selebihnya dibiarkan terbuang tanpa pemanfaatan (Muchtadi,dkk.1985). Kandungan protein yang terdapat pada biji karet juga hampir sama bila dibandingkan dengan kedelai dan beberapa tanaman komersil lainnya (Sumber:http://nippontori.multiply.com/journal/item/34) dan (Giok L,dkk. 1967 ). Selain itu ketersediaan biji tanaman karet sangat tinggi di indonesia, karena indonesia merupakan negara penghasil karet terbesar didunia (Didit H.S dan Agus Andoko. 2005).
Berdasarkan data dari dinas perkebunan Kalimantan Barat , diperoleh data bahwa Kalimantan Barat adalah penghasil karet yang cukup besar dengan luas lahan karet ± 475.000 Ha pada tahun 2005 dan diperkirakan pada tahun 2010 mencapai 1,2 juta ha (http://disbun.kalbar. go.id/pub/pdf/ probangkara.pdf)
Tabel 1
Ketersediaan Biji Karet Blok Penghasil Tinggi per Tahun
di Kalimantan Barat (tahun 2005).
No. Kabupaten Luas (Ha) Taksasi Produksi
Jumlah Pohon Total Produksi (Biji)
1 Pontianak 104 41.600 4.368.000
2 Landak 273 109.220 11.466.000
3 Sambas 50 13.522 815.000
4 Bengkayang 160 43.203 3.775.670
5 Sanggau 58 14.500 348.000
6 Sintang 2.258 786.750 85.008.750
7 Kapuas Hulu 30 12.000 1.260.000
8 Melawi 302 105.800 11.609.000
Jumlah 3.544 1.144.960 101.477.420
(http://disbun.kalbar. go.id/pub/pdf/ probangkara.pdf)
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa produksi biji karet di Kalimantan Barat cukup besar oleh karena itu pemanfaatan biji karet sebagai bahan baku alternatif dalam pembuatan tempe merupakan salah satu solusi yang dilakukan untuk mengatasi kenaikan harga tempe akibat kenaikan harga kedelai. Apalagi tanaman karet dapat dibudidayakan dengan baik di Indonesia termasuk di Kalimantan Barat.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji potensi biji karet sebagai bahan baku pembuatan tempe. Adapun rumusan masalah dalam penulisan karya ilmiah ini sebagai berikut ini:
1. Bagaimanakah Kandungan protein Biji Karet?
2. Bagaimanakah Proses PembuatanTempe dari Biji Karet?
3. Bagaimanakah Nilai ProteinTempe dari Bahan Baku Biji Karet ?

3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini yaitu :
1. Mengkaji Kandungan Protein Biji Karet
2. Mengkaji Proses Pembuatan Tempe dari Biji Karet
3. Mengkaji Nilai Protein Tempe dari Biji Karet


4. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan karya ilmiah ini yaitu :
1. Dapat memberikan informasi tentang nilai gizi tempe dari biji Karet
2. Dapat memberikan informasi tentang proses pembuatan tempe dari biji Karet
3. Dapat memberikan solusi cara pembuatan tempe tanpa menggunakan kedelai, dengan harga yang lebih murah dan bergizi tinggi


BAB II
TELAAH PUSTAKA
1. Sekilas Tentang Tempe
Tempe adalah makanan yang pada umumnya dibuat dari kacang kedelai yang difermentasikan, yaitu dengan menumbuhkan kapang Rhizopus oryzae pada kedelai matang yang telah dilepaskan kulitnya (Arthur Godman.2000). Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotik untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif (Arthur Godman.2000).
Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia jamur yang menghubungkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang kompak. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi pembuatan tempe membuat tempe memiliki rasa khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam.






Gambar 1. Contoh tempe kedelai (sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Tempe)

Tempe telah banyak dikonsumsi baik di Indonesia maupun diseluruh dunia, terutama kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menemukan tempe sebagai pengganti daging, sehingga sampai saat ini tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia.
Tempe merupakan sumber protein nabati yang mempunyai nilai gizi yang tinggi (Muchtadi.1989). Tempe dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat dengan konsumsi rata-rata sehari/orang 4,4 g sampai 20,0 g (Muchtadi.1989). Tempe dapat diperhitungkan sebagai sumber makanan yang baik gizinya karena memiliki kandungan protein, karbohidrat, asam lemak esensial, vitamin, dan mineral. Nutrisi utama yang hendak diambil dari tempe adalah proteinnya, karena besarnya kandungan asam amino didalamnya.
Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain.
Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan dengan bahan bakunya. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lanjut usia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur.
Dibandingkan dengan bahan bakunya, terjadi beberapa hal yang menguntungkan pada tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi protein, serta skor proteinnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai sebagai bahan baku tempe pada umumnya.
Mutu gizi tempe yang tinggi memungkinkan penambahan tempe untuk meningkatkan mutu serealia dan umbi-umbian. Hidangan makanan sehari-hari yang terdiri dari nasi, jagung, atau tiwul akan meningkat mutu gizinya bila ditambah tempe. Sepotong tempe goreng (50 gram) sudah cukup untuk meningkatkan mutu gizi 200 g nasi. Bahan makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe, gaplek-tempe, dalam perbandingan 7:3, sudah cukup baik untuk diberikan kepada anak balita (http://id.wikipedia.org/wiki/ Tempe)
2. Taksonomi Tumbuhan Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg )
2.1 Sejarah penanaman
Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Karet mulai dikenal di Indonesia sejak zaman kolonial Belanda. Sampai sekarang ada tiga spesies karet yang umum dibudidayakan yaitu Hevea brasiliensis, Hevea spruceana dan Hevea puciflora, namun setelah tanaman karet jenis Hevea brasiliensis dikembangkan maka kedua jenis karet lainnya jarang ditanam lagi ( Didit setiawan. 2005). Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Padahal jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat seperti Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman Castillaelastica (family moraceae). Sekarang tanaman tersebut kurang dimanfaatkan lagi getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas dan banyak dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran (Nazarudin dkk.1992. dalam http://id. wikipedia.org/wiki/Karet)
2.2 Botani Tanaman Karet
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15 - 25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Di beberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3 - 20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3 -10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing. Tepinya rata dan gundul Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Lebih lengkapnya, struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
Subfamily : Crotonoideae
Tribe : Micrandreae
Subtribe : Heveinae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis Mull.Arg (Van Steenis, dkk.2006)
2.3 Deskripsi
Daerah penyebaran tanaman karet mencapai luasan antara 15°LU-10°LS. Ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman ini yaitu 1-600 m dpl. Curah hujan yang diinginkan berkisar antara 2.000 – 2.500 mm/tahun. Daur panen untuk kebutuhan bahan pulp sekitar 25 tahun. Karet cukup baik dikembangkan di daerah lahan kering beriklim basah. Tanaman karet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan komoditas lainnya, yaitu: (1) dapat tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan, serta masih mampu dipanen hasilnya meskipun pada tanah yang tidak subur, (2) mampu membentuk ekologi hutan, yang pada umumnya terdapat pada daerah lahan kering beriklim basah, sehingga karet cukup baik untuk menanggulangi lahan kritis, (3) dapat memberikan pendapatan harian bagi petani yang mengusahakannya, dan (4) memiliki prospek harga yang cukup baik, karena kebutuhan karet dunia semakin meningkat setelah China membuka pasar baru bagi karet Indonesia (http://korannias.wordpress.com/2007/09/03/tentang-karet/)
Produktivitas satuan luas dipengaruhi oleh jarak tanam dan kerapatan tanaman, disamping faktor-faktor yang lainya. Jarak yang lebih sempit akan berdampak negative dengan beberapa kelemahannya. Beberapa kerusakan yang akan terjadi akibat jarak yang lebih sempit adalah kerusakan mahkota tajuk oleh angin Kematian pohon karena penyakit menjadi lebih tinggi Tercapainya lilit batang sadap lebih lambat Hasil getahnya akan berkurang Oleh sebab itu, dalam melakukan penanaman, sangat tidak dianjurkan terlalu rapat jarak antara satu pohon dengan pohon yang lainnya. Melihat hal tersebut diatas, maka dewasa ini kepadatan kerapatan pohon setiap hektarnya tidak melebihi dari jumlah 400 sampai dengan 500 pohon. Hal itu berarti jarak tanamnya perhektar adalah 7 x 3 m, 7,14 x 3,33 m atau 8 x 2,5 m.
( http://id.wikipedia.org/wiki/Karet)

Batang : Pohon, tinggi ± 15 – 25 m, Tegak, berkayu, bulat, permukaan halus, batang warna coklat bercak – bercak putih, diameter besar, percabangan monopodial, hitam keputih - putihan, batang menghasilkan getah yang lebih dikenal dengan nama lateks.( Van Steenis,dkk.2006.)












Gambar 2. pohon Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg )
(sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Karet)
Daun : Daun karet terdiri dari tangkai utama sepanjang 3- 20 cm dan tangkai anak daun sepanjang 3- 10 cm dengan kelenjat diujungnya, setiap daun terdiri atas tiga anak daun yang berbentuk elips memanjang dengan ujung runcing, warna hijau dan menjadi merah atau kuning menjelang rontok.










Gambar 3. Daun Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg). (sumber : http://id. wikipedia. org/ wiki/Karet)
Bunga : memiliki bungan jantan dan betina dalam satu pohon , terdapat dalam malai payung yang jarang . pangkal tenda bunga berbenruk lonceng dan ujungnya terdapat lima taju yang sempit. Bunga betina lebih besar dari bunga jantan serta mengandung bakal buah yang beruang tiga,kepala putik berjumlah tiga, organ kelamin jantan berbentuk tiang yang merupakan gabungan dari sepuluh benang sari, kepala sari terdiri dari dua ruangan










Gambar .4 Bunga Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg).
(sumber: http://www.nzenzeflowerspauwels. be/ HeveBrasjpg)
Buah : buah karet berdiameter 3-5 cm, terbentuk dari penyerukan bunga karet dan memiliki pembagian ruang yang jelas (3-6 ruang), ruangan berbentuk bola, jika sudah tua buah karet akan pecah dengan sendirinya menurut ruang – ruangnya dan setiap pecahan akan rumbuh menjadi individu baru jika jatuh ketempat yang tepat.








Gambar 5. Buah Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg)yang masih muda.
(sumber: http://www. nzenzeflower spauwels. be/ HeveBrasjpg)










Gambar 6 Buah Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) yang sudah tua.
(sumber: http://www. nzenzeflower spauwels. be/ HeveBrasjpg)
Biji : Garis tengah ± 1.98 cm, berbentuk bulat lonjong, keras dan berwarna coklat bercak – bercak putih,berat perbiji ± 0.78 g - 3.29 g





Gambar 7 Biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg)
(sumber : http://id. wikipedia. org/ wiki/Karet)

Akar : akar pohon karet berupa akar tunggang yang mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi keatas. ( Didit setiawan. 2005)
















BAB III
METODE PENULISAN
Penulisan Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM) ini disusun berdasarkan telaah pustaka dari literatur-literatur yang sesuai dengan topik penulisan. Literatur-literatur yang digunakan merupakan literature-literatur yang bersifat primer (jurnal) dan sekunder (text book, internet). Berdasarkan penulusuran literatur ini kemudian diperoleh data yang bersifat primer dan sekunder.
Tulisan ini juga menggunakan metode kualitatif dengan menampilkan data deskriptif berupa kata-kata yang bersifat rasional. Prosedur pemecahan masalah dilakukan berdasarkan pada permasalahan yang terdapat di dalam masyarakat. Permasalahan yang menjadi dasar dalam penulisan karya ilmiah ini timbul setelah diketahui bahwa kedelai sebagai bahan baku pembuatan tempe mengalami kenaikan harga dan produksi kedelai nasional yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam pembuatan tempe sehingga diperlukan jalan alternatif untuk menggantikan bahan baku kedelai dengan bahan baku lainnya yang kandungan gizinya tidak kalah dengan tempe dari kedelai.
Usaha pemecahan masalah dilakukan dengan cara mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan pokok permasalahan. Melalui telaah pustaka kemudian setelah itu dijabarkan dalam bentuk karya tulis ilmiah yang logis, dinamis, objektif dan realistis yang merupakan pemikiran kritis mahasiswa berdasarkan pandangan terhadap situasi dan kondisi yang berkembang saat ini sehingga diperoleh kesimpulan tentang pemecahan masalah yang terjadi secara keseluruhan yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat





BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS
1. Kandungan Protein Biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg)
Biji Karet Garis tengah ±1.98 cm, berbentuk bulat lonjong, keras dan berwarna coklat bercak – bercak putih,berat perbiji ±0.78 g - 3.29 g. Berdasarkan Analisa , biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) memiliki kandungan gizi sebagai berikut.
Tabel 2
kandungan biji karet
Kandungan
basah (%)
kering (%)

Dry matter 90.4 88.9
Ash 3.11 3.96
NDF 70.4 22.7
N 0.55 3.95
Organic matter 97.9 96.0
Protein - 27
Lemak - 32.3
Karbohidrat
- 15.9
(Giok L T, Samsudin, Husaini and Tarwotjo. 1967) dan (Chhay Ty and Chiev Phiny .2001)
Bila kadar protein, lemak biji karet di bandingkan dengan beberapa kacang – kacangan maka biji karet memiliki kadar protein yang cukup besar, perbandingan kadar tersebut dapat dilihat seperti tabel berikut


Tabel 3
Komposisi nutrisi biji karet, kedelai, kacang hijau, kacang tanah, dan kecipir.
No. Biji Protein
(%) Lemak
(%) Karbohidrat
(%) Air
(%)
1. karet 27 32.3 15.9 9,1
2. Kedelai 34,9 14,1 34,8 8,0
3. Kacang Hijau 22,2 1,2 62,9 10,0
4. Kacang tanah 25,3 42,8 21,1 4,0
5. Kecipir 32,8 17,0 36,5 10,0
Sumber: Balai Informasi Pertanian-Ciawi, 1985 (dalam http://nippontori. multiply. com/journal/item/34) dan (Giok L T, Samsudin, Husaini and Tarwotjo. 1967 )
2. Proses PembuatanTempe dari Biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg)
Berdasarkan wawancara dengan Suryati salah seorang pembuat tempe karet di Sanggau Kalimantan Barat di peroleh informasi bahwa cara pembuatan tempe dari biji karet tidak berbeda jauh dengan proses pembuatan tempe dengan bahan baku kedelai, tetapi terdapat sedikit perlakuan yang yang membedakannya. Yakni, merendam biji karet selama 2 x 24 jam, kemudian membuang bagian kulit luarnya dan bakal daun. Biji karet yang sudah bersih dari kulit itu kemudian dikukus, dan setelah itu didinginkan kemudian diberi ragi tempe ( Rhizopus oryzae) lalu membungkusnya dalam kemasan. Secara rinci proses tersebut sebagai berikut :
1. Disiapkan biji karet sebanyak 3 kilogram
2. Biji karet dicuci bersih untuk menghilangkan kotoran pada kulit biji.
3. Selanjutnya biji karet di buang kulitnya dengan cara memecahkannya4. Setelah terpisah dari kulitnya, daging biji di buang bakal daunnya agar tidak memabukkan saat dimakan , lalu di rendam selama 2 x 24 jam
5. Setelah direndam kemudian di rebus selama ± 2-3 jam
6. Biarkan hingga dingin , setelah dingin air rebusan di buang lalu biji direndam lagi selama 36 jam dengan air baru
7. Biji karet lalu di cuci dan di kukus ± 30 menit
8. Setelah dikukus selama 30 menit, air yang tersisa didalam panci/dandang dibuang, kemudian biji karet dipindahkan ketempat yang lebih lebar (tampah) dan diratakan tipis-tipis. Selanjutnya, biji karet dibiarkan dingin sampai permukaan keping karet kering dan airnya menetes habis
9. Setelah dingin, taburkan ragi tempe ( Rhizopus oryzae) sebanyak ± 6 gram ( 0,2 % dari bobot biji karet) sambil diaduk – aduk sampai rata. Penambahan ragi bertujuan guna mempercepat/merangsang pertumbuhan jamur. Tahap peragian (fermentasi) adalah tahap penentu keberhasilan dalam membuat tempe
10. Selanjutnya tempe dikemas sesuai dengan selera, dapat menggunakan plastik ataupun daun pisang. Bila menggunakan daun, daun yang biasanya digunakan untuk pembungkus adalah daun pisang atau daun jati. Ada yang berpendapat bahwa rasa tempe yang dibungkus plastik menjadi "aneh" dan tempe lebih mudah busuk (dibandingkan dengan tempe yang dibungkus daun).
11. Plastik atau daun pisang yang telah berisi biji karet dilubangi dengan menggunakan jarum yang terbuat dari kayu ukuran kecil kira-kira 6 - 8 lubang untuk setiap sisi atas dan sisi bawah.
12. Tempe disimpan di tempat yang tidak tertutup (pada suhu kamar) untuk menghindari pembusukkan pada tempe karena suhu yang terlalu panas, usahakan ditempat yang terjadi sirkulasi udara.
13. Tempe didiamkan kurang lebih selama 36 jam.
14. Setelah 36 jam, tempe siap di olah menjadi makanan yang lezat dan bergizi tinggi.
Proses pembuatan tempe dari karet tidaklah rumit, sehingga kemungkinan untuk mengembangkannya sangatlah besar, apalagi didukung dengan ketersediaan bahan baku yang banyak di alam, kandungan protein tempe dari karet lebih tinggi dari tempe dari kedelai selain itu tanaman karet dapat dibudidayakan dengan baik di Indonesia, salah satunya di Kalimantan Barat .
3. Kandungan Protein Tempe Dari Biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg)
Perbandingan kadar protein tempe biji karet dengan tempe kedelai dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 4
Perbandingan kandungan protein pada tempe biji karet dengan tempe kedelai
Jenis Tempe Kadar
(%)
Tempe biji karet
Tempe kedelai 30,15
22,41
(Wizna, Mirnawati, Jamarun, dan N. Zuryani, Y. 2000) dan http://nippontori.multiply.com/journal/item/34
Kandungan gizi pada tempe karet terutama protein mengalami peningkatan dibandingkan dengan biji karet yang murni, selain itu tempe dari karet memiliki kandungan protein yang lebih besar dari pada tempe yang berasal dari kacang kedelai
Adapun Kelebihan tempe dari biji karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg), Secara organoleptik
a. Tempe dari biji karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) lebih lembut dari pada tempe dari kedelai.
b. Tempe biji karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) tidak cepat menjadi tempe busuk dan dapat disimpan selama 2 minggu di dalam lemari es.







BAB V
PENUTUP
1. Simpulan
1 Biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) memiliki potensi besar sebagai bahan baku alternatif pembuatan tempe selain kedelai
2. Biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) mengandung protein 27 %, setelah dibuat menjadi tempe kandungan protein pada tempe biji karet menjadi 30,15 %. sedangkan pada kedelai, pada mulanya bijinya mengandung protein sebesar 34,9 % dan setelah dibuat tempe mengandung protein sebesar 22,41 %
3. Kelebihan tempe dari biji karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg), dibandingkan tempe kedelai
a. Tempe dari biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) lebih lembut dari pada tempe kedelai.
b. Tempe biji karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) tidak cepat menjadi busuk dan dapat disimpan selama 2 minggu di dalam lemari es.
c. Daya tahan biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) jauh lebih kuat dan tahan lama dari biji kedelai karena biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) dilindungi oleh kulit yang keras dan kedap air.
d. Kelebihan tempe Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) memiliki protein yang lebih besar jika dibanding dengan tempe kedelai
2. Saran
1. Perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakatmengenai pemanfaatan biji karet terutama dalam pembuatan tempe
2. Perlu dilakukan penelitan lebih lanjut mengenai biji karet ini agar nantinya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
3. Pemerintah daerah Kalimantan Barat hendaknya terus meningkatkan budidaya tanaman karet, karena tanaman karet banyak manfaatnya

DAFTAR PUSTAKA
Chhay Ty and Chiev Phiny. 2001. Evaluation of Nutrients of Rubber Seed Meal in Mong Cai Pigs. San Francisco. University of Tropical Agriculture Foundation

Giok L T, Samsudin, Husaini and Tarwotjo. 1967. Nutritional Value of Rubber Seed Protein. American Journal of Clinical Nutrition 20:300-303

Godman Arthur. 2000. Kamus SAINS Bergambar. Penerjemah Bambang Sumantri. Jakarta : Gramedia

Muchtadi, D.1985. Aspek Biokimia Pangan dan Gizi dalam Keamanan Pangan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Muchtadi, D. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Nazarudin, dkk.1992.dalam http://ide.wikipedia. Org/wiki/karet [28 April 2008].

Setiawan H.D, dan Andoko Agus. 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Jakarta : Agro Media Pustaka

Steenis Van.C.G.G.J, dkk.2005. Flora. Jakarta : Pradya Paramita

Winchester, Simon (2003). Krakatoa: The Day the World Exploded, August 27, 1883. HarperCollins, 223-224 dalam http://en.wikipedia.org/ wiki/Para_ rubber_tree [ 18 April 2008]

Wizna, Mirnawati, Jamarun, dan N. Zuryani . 2000. Pemanfaatan Produk Fermentasi Biji Karet (Hevea brasiliensis) dengan Rhizopus oligosporus dalam Ransum Ayam Boiler .Bogor .Puslitbangnak

http://id.wikipedia.org/wiki/Tempe [15 April 2008]

http://nippontori.multiply.com/journal/item/34 [ 18 April 2008 ]

http://id.wikipedia.org/wiki/Karet [27 April 2008]

http://www.nzenzeflowerspauwels. be/ HeveBrasjpg [28 April 2008]

Tridharma

Oleh Sabar,Deky, N Yuni
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tempe merupakan makanan yang sangat populer dikalangan masyarakat Indonesia, tempe memiliki gizi yang tinggi dan biasanya dijadikan lauk - pauk dalam keseharian mayarakat. Tempe disukai oleh semua lapisan masyarakat, baik lapisan masyarakat berekonomi menengah kebawah maupun masyarakat berekonomi menengah keatas. Tempe selain harganya lebih murah dibanding lauk - pauk lainnya, tempe juga memiliki kelebihan lain, yaitu cakupan gizi pada tempe yang tinggi terutama dalam memenuhi kecukupan kebutuhan protein.
Kedelai sebagai bahan baku tempe yang umum digunakan saat ini harga naik dengan dramastis hampir mencapai 100 %, ini didapat dari wawancara kepada salah satu pedagang di pasar kemuning kota baru Pontianak yang mengatakan bahwa pada mulanya harga kedelai berkisar Rp 4.500 kini mencapai Rp 7.000 perkilo, naiknya harga kedelai dikarenakan kebutuhan terhadap kedelai yang tinggi tetapi tidak disertai produksi kedelai yang besar pula. Dengan naiknya harga kedelai menjadikan harga tempe juga naik. Kini tempe bukanlah makanan yang ”murah meriah” tapi telah menjadi makanan yang setara harganya dengan lauk pauk lainnya seperti ikan. Hal ini mengakibatkan daya beli masyarakat menurun, apa lagi disertai dengan kenaikan kebutuhan lainnya.
Untuk memenuhi kebutuhan akan bahan baku pembuatan tempe maka diperlukan alternatif yang dapat memecahkan permasalah tersebut yaitu terpenuhinya bahan baku pembuatan tempe dengan harga murah dengan memperhatikan kandungan gizi terutama protein yang tinggi. Salah satu tanaman alternatif yang dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah tanaman Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg)
Karet mampu memproduksi biji kaya protein serta memiliki ongkos produksi yang murah. Hal tersebut karena ketersedian biji tanaman karet tersedia banyak di Indonesia, dimana indonesia merupakan negara dengan tanaman karet terluas didunia (Didit H.S dan Agus Andoko. 2005) selama ini biji karet hanya dimanfaatkan sebagai bibit tanaman saja, selebihnya dibiarkan terbuang tanpa pemanfaatan.
Karet merupakan produk perkebunan yang hingga saat ini dimanfaatkan getah dan batangnya saja. Biji karet belum dimanfaatkan secara maksimal, selain sebagai bibit tanaman saja, selebihnya dibiarkan terbuang tanpa pemanfaatan (Muchtadi,dkk.1985). Kandungan protein yang terdapat pada biji karet juga hampir sama bila dibandingkan dengan kedelai dan beberapa tanaman komersil lainnya (Sumber:http://nippontori.multiply.com/journal/item/34) dan (Giok L,dkk. 1967 ). Selain itu ketersediaan biji tanaman karet sangat tinggi di indonesia, karena indonesia merupakan negara penghasil karet terbesar didunia (Didit H.S dan Agus Andoko. 2005).
Berdasarkan data dari dinas perkebunan Kalimantan Barat , diperoleh data bahwa Kalimantan Barat adalah penghasil karet yang cukup besar dengan luas lahan karet ± 475.000 Ha pada tahun 2005 dan diperkirakan pada tahun 2010 mencapai 1,2 juta ha (http://disbun.kalbar. go.id/pub/pdf/ probangkara.pdf)
Tabel 1
Ketersediaan Biji Karet Blok Penghasil Tinggi per Tahun
di Kalimantan Barat (tahun 2005).
No. Kabupaten Luas (Ha) Taksasi Produksi
Jumlah Pohon Total Produksi (Biji)
1 Pontianak 104 41.600 4.368.000
2 Landak 273 109.220 11.466.000
3 Sambas 50 13.522 815.000
4 Bengkayang 160 43.203 3.775.670
5 Sanggau 58 14.500 348.000
6 Sintang 2.258 786.750 85.008.750
7 Kapuas Hulu 30 12.000 1.260.000
8 Melawi 302 105.800 11.609.000
Jumlah 3.544 1.144.960 101.477.420
(http://disbun.kalbar. go.id/pub/pdf/ probangkara.pdf)
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa produksi biji karet di Kalimantan Barat cukup besar oleh karena itu pemanfaatan biji karet sebagai bahan baku alternatif dalam pembuatan tempe merupakan salah satu solusi yang dilakukan untuk mengatasi kenaikan harga tempe akibat kenaikan harga kedelai. Apalagi tanaman karet dapat dibudidayakan dengan baik di Indonesia termasuk di Kalimantan Barat.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji potensi biji karet sebagai bahan baku pembuatan tempe. Adapun rumusan masalah dalam penulisan karya ilmiah ini sebagai berikut ini:
1. Bagaimanakah Kandungan protein Biji Karet?
2. Bagaimanakah Proses PembuatanTempe dari Biji Karet?
3. Bagaimanakah Nilai ProteinTempe dari Bahan Baku Biji Karet ?

3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini yaitu :
1. Mengkaji Kandungan Protein Biji Karet
2. Mengkaji Proses Pembuatan Tempe dari Biji Karet
3. Mengkaji Nilai Protein Tempe dari Biji Karet


4. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan karya ilmiah ini yaitu :
1. Dapat memberikan informasi tentang nilai gizi tempe dari biji Karet
2. Dapat memberikan informasi tentang proses pembuatan tempe dari biji Karet
3. Dapat memberikan solusi cara pembuatan tempe tanpa menggunakan kedelai, dengan harga yang lebih murah dan bergizi tinggi


BAB II
TELAAH PUSTAKA
1. Sekilas Tentang Tempe
Tempe adalah makanan yang pada umumnya dibuat dari kacang kedelai yang difermentasikan, yaitu dengan menumbuhkan kapang Rhizopus oryzae pada kedelai matang yang telah dilepaskan kulitnya (Arthur Godman.2000). Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotik untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degeneratif (Arthur Godman.2000).
Secara umum, tempe berwarna putih karena pertumbuhan miselia jamur yang menghubungkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang kompak. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi pembuatan tempe membuat tempe memiliki rasa khas. Berbeda dengan tahu, tempe terasa agak masam.






Gambar 1. Contoh tempe kedelai (sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Tempe)

Tempe telah banyak dikonsumsi baik di Indonesia maupun diseluruh dunia, terutama kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menemukan tempe sebagai pengganti daging, sehingga sampai saat ini tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia.
Tempe merupakan sumber protein nabati yang mempunyai nilai gizi yang tinggi (Muchtadi.1989). Tempe dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat dengan konsumsi rata-rata sehari/orang 4,4 g sampai 20,0 g (Muchtadi.1989). Tempe dapat diperhitungkan sebagai sumber makanan yang baik gizinya karena memiliki kandungan protein, karbohidrat, asam lemak esensial, vitamin, dan mineral. Nutrisi utama yang hendak diambil dari tempe adalah proteinnya, karena besarnya kandungan asam amino didalamnya.
Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain.
Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan dengan bahan bakunya. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lanjut usia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur.
Dibandingkan dengan bahan bakunya, terjadi beberapa hal yang menguntungkan pada tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi protein, serta skor proteinnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai sebagai bahan baku tempe pada umumnya.
Mutu gizi tempe yang tinggi memungkinkan penambahan tempe untuk meningkatkan mutu serealia dan umbi-umbian. Hidangan makanan sehari-hari yang terdiri dari nasi, jagung, atau tiwul akan meningkat mutu gizinya bila ditambah tempe. Sepotong tempe goreng (50 gram) sudah cukup untuk meningkatkan mutu gizi 200 g nasi. Bahan makanan campuran beras-tempe, jagung-tempe, gaplek-tempe, dalam perbandingan 7:3, sudah cukup baik untuk diberikan kepada anak balita (http://id.wikipedia.org/wiki/ Tempe)
2. Taksonomi Tumbuhan Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg )
2.1 Sejarah penanaman
Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Karet mulai dikenal di Indonesia sejak zaman kolonial Belanda. Sampai sekarang ada tiga spesies karet yang umum dibudidayakan yaitu Hevea brasiliensis, Hevea spruceana dan Hevea puciflora, namun setelah tanaman karet jenis Hevea brasiliensis dikembangkan maka kedua jenis karet lainnya jarang ditanam lagi ( Didit setiawan. 2005). Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Padahal jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat seperti Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman Castillaelastica (family moraceae). Sekarang tanaman tersebut kurang dimanfaatkan lagi getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas dan banyak dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran (Nazarudin dkk.1992. dalam http://id. wikipedia.org/wiki/Karet)
2.2 Botani Tanaman Karet
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15 - 25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Di beberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3 - 20 cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3 -10 cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing. Tepinya rata dan gundul Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Lebih lengkapnya, struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
Subfamily : Crotonoideae
Tribe : Micrandreae
Subtribe : Heveinae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis Mull.Arg (Van Steenis, dkk.2006)
2.3 Deskripsi
Daerah penyebaran tanaman karet mencapai luasan antara 15°LU-10°LS. Ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman ini yaitu 1-600 m dpl. Curah hujan yang diinginkan berkisar antara 2.000 – 2.500 mm/tahun. Daur panen untuk kebutuhan bahan pulp sekitar 25 tahun. Karet cukup baik dikembangkan di daerah lahan kering beriklim basah. Tanaman karet memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan komoditas lainnya, yaitu: (1) dapat tumbuh pada berbagai kondisi dan jenis lahan, serta masih mampu dipanen hasilnya meskipun pada tanah yang tidak subur, (2) mampu membentuk ekologi hutan, yang pada umumnya terdapat pada daerah lahan kering beriklim basah, sehingga karet cukup baik untuk menanggulangi lahan kritis, (3) dapat memberikan pendapatan harian bagi petani yang mengusahakannya, dan (4) memiliki prospek harga yang cukup baik, karena kebutuhan karet dunia semakin meningkat setelah China membuka pasar baru bagi karet Indonesia (http://korannias.wordpress.com/2007/09/03/tentang-karet/)
Produktivitas satuan luas dipengaruhi oleh jarak tanam dan kerapatan tanaman, disamping faktor-faktor yang lainya. Jarak yang lebih sempit akan berdampak negative dengan beberapa kelemahannya. Beberapa kerusakan yang akan terjadi akibat jarak yang lebih sempit adalah kerusakan mahkota tajuk oleh angin Kematian pohon karena penyakit menjadi lebih tinggi Tercapainya lilit batang sadap lebih lambat Hasil getahnya akan berkurang Oleh sebab itu, dalam melakukan penanaman, sangat tidak dianjurkan terlalu rapat jarak antara satu pohon dengan pohon yang lainnya. Melihat hal tersebut diatas, maka dewasa ini kepadatan kerapatan pohon setiap hektarnya tidak melebihi dari jumlah 400 sampai dengan 500 pohon. Hal itu berarti jarak tanamnya perhektar adalah 7 x 3 m, 7,14 x 3,33 m atau 8 x 2,5 m.
( http://id.wikipedia.org/wiki/Karet)

Batang : Pohon, tinggi ± 15 – 25 m, Tegak, berkayu, bulat, permukaan halus, batang warna coklat bercak – bercak putih, diameter besar, percabangan monopodial, hitam keputih - putihan, batang menghasilkan getah yang lebih dikenal dengan nama lateks.( Van Steenis,dkk.2006.)












Gambar 2. pohon Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg )
(sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Karet)
Daun : Daun karet terdiri dari tangkai utama sepanjang 3- 20 cm dan tangkai anak daun sepanjang 3- 10 cm dengan kelenjat diujungnya, setiap daun terdiri atas tiga anak daun yang berbentuk elips memanjang dengan ujung runcing, warna hijau dan menjadi merah atau kuning menjelang rontok.










Gambar 3. Daun Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg). (sumber : http://id. wikipedia. org/ wiki/Karet)
Bunga : memiliki bungan jantan dan betina dalam satu pohon , terdapat dalam malai payung yang jarang . pangkal tenda bunga berbenruk lonceng dan ujungnya terdapat lima taju yang sempit. Bunga betina lebih besar dari bunga jantan serta mengandung bakal buah yang beruang tiga,kepala putik berjumlah tiga, organ kelamin jantan berbentuk tiang yang merupakan gabungan dari sepuluh benang sari, kepala sari terdiri dari dua ruangan










Gambar .4 Bunga Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg).
(sumber: http://www.nzenzeflowerspauwels. be/ HeveBrasjpg)
Buah : buah karet berdiameter 3-5 cm, terbentuk dari penyerukan bunga karet dan memiliki pembagian ruang yang jelas (3-6 ruang), ruangan berbentuk bola, jika sudah tua buah karet akan pecah dengan sendirinya menurut ruang – ruangnya dan setiap pecahan akan rumbuh menjadi individu baru jika jatuh ketempat yang tepat.








Gambar 5. Buah Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg)yang masih muda.
(sumber: http://www. nzenzeflower spauwels. be/ HeveBrasjpg)










Gambar 6 Buah Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) yang sudah tua.
(sumber: http://www. nzenzeflower spauwels. be/ HeveBrasjpg)
Biji : Garis tengah ± 1.98 cm, berbentuk bulat lonjong, keras dan berwarna coklat bercak – bercak putih,berat perbiji ± 0.78 g - 3.29 g





Gambar 7 Biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg)
(sumber : http://id. wikipedia. org/ wiki/Karet)

Akar : akar pohon karet berupa akar tunggang yang mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi keatas. ( Didit setiawan. 2005)
















BAB III
METODE PENULISAN
Penulisan Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM) ini disusun berdasarkan telaah pustaka dari literatur-literatur yang sesuai dengan topik penulisan. Literatur-literatur yang digunakan merupakan literature-literatur yang bersifat primer (jurnal) dan sekunder (text book, internet). Berdasarkan penulusuran literatur ini kemudian diperoleh data yang bersifat primer dan sekunder.
Tulisan ini juga menggunakan metode kualitatif dengan menampilkan data deskriptif berupa kata-kata yang bersifat rasional. Prosedur pemecahan masalah dilakukan berdasarkan pada permasalahan yang terdapat di dalam masyarakat. Permasalahan yang menjadi dasar dalam penulisan karya ilmiah ini timbul setelah diketahui bahwa kedelai sebagai bahan baku pembuatan tempe mengalami kenaikan harga dan produksi kedelai nasional yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam pembuatan tempe sehingga diperlukan jalan alternatif untuk menggantikan bahan baku kedelai dengan bahan baku lainnya yang kandungan gizinya tidak kalah dengan tempe dari kedelai.
Usaha pemecahan masalah dilakukan dengan cara mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan pokok permasalahan. Melalui telaah pustaka kemudian setelah itu dijabarkan dalam bentuk karya tulis ilmiah yang logis, dinamis, objektif dan realistis yang merupakan pemikiran kritis mahasiswa berdasarkan pandangan terhadap situasi dan kondisi yang berkembang saat ini sehingga diperoleh kesimpulan tentang pemecahan masalah yang terjadi secara keseluruhan yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat





BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS
1. Kandungan Protein Biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg)
Biji Karet Garis tengah ±1.98 cm, berbentuk bulat lonjong, keras dan berwarna coklat bercak – bercak putih,berat perbiji ±0.78 g - 3.29 g. Berdasarkan Analisa , biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) memiliki kandungan gizi sebagai berikut.
Tabel 2
kandungan biji karet
Kandungan
basah (%)
kering (%)

Dry matter 90.4 88.9
Ash 3.11 3.96
NDF 70.4 22.7
N 0.55 3.95
Organic matter 97.9 96.0
Protein - 27
Lemak - 32.3
Karbohidrat
- 15.9
(Giok L T, Samsudin, Husaini and Tarwotjo. 1967) dan (Chhay Ty and Chiev Phiny .2001)
Bila kadar protein, lemak biji karet di bandingkan dengan beberapa kacang – kacangan maka biji karet memiliki kadar protein yang cukup besar, perbandingan kadar tersebut dapat dilihat seperti tabel berikut


Tabel 3
Komposisi nutrisi biji karet, kedelai, kacang hijau, kacang tanah, dan kecipir.
No. Biji Protein
(%) Lemak
(%) Karbohidrat
(%) Air
(%)
1. karet 27 32.3 15.9 9,1
2. Kedelai 34,9 14,1 34,8 8,0
3. Kacang Hijau 22,2 1,2 62,9 10,0
4. Kacang tanah 25,3 42,8 21,1 4,0
5. Kecipir 32,8 17,0 36,5 10,0
Sumber: Balai Informasi Pertanian-Ciawi, 1985 (dalam http://nippontori. multiply. com/journal/item/34) dan (Giok L T, Samsudin, Husaini and Tarwotjo. 1967 )
2. Proses PembuatanTempe dari Biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg)
Berdasarkan wawancara dengan Suryati salah seorang pembuat tempe karet di Sanggau Kalimantan Barat di peroleh informasi bahwa cara pembuatan tempe dari biji karet tidak berbeda jauh dengan proses pembuatan tempe dengan bahan baku kedelai, tetapi terdapat sedikit perlakuan yang yang membedakannya. Yakni, merendam biji karet selama 2 x 24 jam, kemudian membuang bagian kulit luarnya dan bakal daun. Biji karet yang sudah bersih dari kulit itu kemudian dikukus, dan setelah itu didinginkan kemudian diberi ragi tempe ( Rhizopus oryzae) lalu membungkusnya dalam kemasan. Secara rinci proses tersebut sebagai berikut :
1. Disiapkan biji karet sebanyak 3 kilogram
2. Biji karet dicuci bersih untuk menghilangkan kotoran pada kulit biji.
3. Selanjutnya biji karet di buang kulitnya dengan cara memecahkannya4. Setelah terpisah dari kulitnya, daging biji di buang bakal daunnya agar tidak memabukkan saat dimakan , lalu di rendam selama 2 x 24 jam
5. Setelah direndam kemudian di rebus selama ± 2-3 jam
6. Biarkan hingga dingin , setelah dingin air rebusan di buang lalu biji direndam lagi selama 36 jam dengan air baru
7. Biji karet lalu di cuci dan di kukus ± 30 menit
8. Setelah dikukus selama 30 menit, air yang tersisa didalam panci/dandang dibuang, kemudian biji karet dipindahkan ketempat yang lebih lebar (tampah) dan diratakan tipis-tipis. Selanjutnya, biji karet dibiarkan dingin sampai permukaan keping karet kering dan airnya menetes habis
9. Setelah dingin, taburkan ragi tempe ( Rhizopus oryzae) sebanyak ± 6 gram ( 0,2 % dari bobot biji karet) sambil diaduk – aduk sampai rata. Penambahan ragi bertujuan guna mempercepat/merangsang pertumbuhan jamur. Tahap peragian (fermentasi) adalah tahap penentu keberhasilan dalam membuat tempe
10. Selanjutnya tempe dikemas sesuai dengan selera, dapat menggunakan plastik ataupun daun pisang. Bila menggunakan daun, daun yang biasanya digunakan untuk pembungkus adalah daun pisang atau daun jati. Ada yang berpendapat bahwa rasa tempe yang dibungkus plastik menjadi "aneh" dan tempe lebih mudah busuk (dibandingkan dengan tempe yang dibungkus daun).
11. Plastik atau daun pisang yang telah berisi biji karet dilubangi dengan menggunakan jarum yang terbuat dari kayu ukuran kecil kira-kira 6 - 8 lubang untuk setiap sisi atas dan sisi bawah.
12. Tempe disimpan di tempat yang tidak tertutup (pada suhu kamar) untuk menghindari pembusukkan pada tempe karena suhu yang terlalu panas, usahakan ditempat yang terjadi sirkulasi udara.
13. Tempe didiamkan kurang lebih selama 36 jam.
14. Setelah 36 jam, tempe siap di olah menjadi makanan yang lezat dan bergizi tinggi.
Proses pembuatan tempe dari karet tidaklah rumit, sehingga kemungkinan untuk mengembangkannya sangatlah besar, apalagi didukung dengan ketersediaan bahan baku yang banyak di alam, kandungan protein tempe dari karet lebih tinggi dari tempe dari kedelai selain itu tanaman karet dapat dibudidayakan dengan baik di Indonesia, salah satunya di Kalimantan Barat .
3. Kandungan Protein Tempe Dari Biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg)
Perbandingan kadar protein tempe biji karet dengan tempe kedelai dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 4
Perbandingan kandungan protein pada tempe biji karet dengan tempe kedelai
Jenis Tempe Kadar
(%)
Tempe biji karet
Tempe kedelai 30,15
22,41
(Wizna, Mirnawati, Jamarun, dan N. Zuryani, Y. 2000) dan http://nippontori.multiply.com/journal/item/34
Kandungan gizi pada tempe karet terutama protein mengalami peningkatan dibandingkan dengan biji karet yang murni, selain itu tempe dari karet memiliki kandungan protein yang lebih besar dari pada tempe yang berasal dari kacang kedelai
Adapun Kelebihan tempe dari biji karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg), Secara organoleptik
a. Tempe dari biji karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) lebih lembut dari pada tempe dari kedelai.
b. Tempe biji karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) tidak cepat menjadi tempe busuk dan dapat disimpan selama 2 minggu di dalam lemari es.







BAB V
PENUTUP
1. Simpulan
1 Biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) memiliki potensi besar sebagai bahan baku alternatif pembuatan tempe selain kedelai
2. Biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) mengandung protein 27 %, setelah dibuat menjadi tempe kandungan protein pada tempe biji karet menjadi 30,15 %. sedangkan pada kedelai, pada mulanya bijinya mengandung protein sebesar 34,9 % dan setelah dibuat tempe mengandung protein sebesar 22,41 %
3. Kelebihan tempe dari biji karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg), dibandingkan tempe kedelai
a. Tempe dari biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) lebih lembut dari pada tempe kedelai.
b. Tempe biji karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) tidak cepat menjadi busuk dan dapat disimpan selama 2 minggu di dalam lemari es.
c. Daya tahan biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) jauh lebih kuat dan tahan lama dari biji kedelai karena biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) dilindungi oleh kulit yang keras dan kedap air.
d. Kelebihan tempe Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) memiliki protein yang lebih besar jika dibanding dengan tempe kedelai
2. Saran
1. Perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakatmengenai pemanfaatan biji karet terutama dalam pembuatan tempe
2. Perlu dilakukan penelitan lebih lanjut mengenai biji karet ini agar nantinya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
3. Pemerintah daerah Kalimantan Barat hendaknya terus meningkatkan budidaya tanaman karet, karena tanaman karet banyak manfaatnya

DAFTAR PUSTAKA
Chhay Ty and Chiev Phiny. 2001. Evaluation of Nutrients of Rubber Seed Meal in Mong Cai Pigs. San Francisco. University of Tropical Agriculture Foundation

Giok L T, Samsudin, Husaini and Tarwotjo. 1967. Nutritional Value of Rubber Seed Protein. American Journal of Clinical Nutrition 20:300-303

Godman Arthur. 2000. Kamus SAINS Bergambar. Penerjemah Bambang Sumantri. Jakarta : Gramedia

Muchtadi, D.1985. Aspek Biokimia Pangan dan Gizi dalam Keamanan Pangan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Muchtadi, D. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Nazarudin, dkk.1992.dalam http://ide.wikipedia. Org/wiki/karet [28 April 2008].

Setiawan H.D, dan Andoko Agus. 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Jakarta : Agro Media Pustaka

Steenis Van.C.G.G.J, dkk.2005. Flora. Jakarta : Pradya Paramita

Winchester, Simon (2003). Krakatoa: The Day the World Exploded, August 27, 1883. HarperCollins, 223-224 dalam http://en.wikipedia.org/ wiki/Para_ rubber_tree [ 18 April 2008]

Wizna, Mirnawati, Jamarun, dan N. Zuryani . 2000. Pemanfaatan Produk Fermentasi Biji Karet (Hevea brasiliensis) dengan Rhizopus oligosporus dalam Ransum Ayam Boiler .Bogor .Puslitbangnak

http://id.wikipedia.org/wiki/Tempe [15 April 2008]

http://nippontori.multiply.com/journal/item/34 [ 18 April 2008 ]

http://id.wikipedia.org/wiki/Karet [27 April 2008]

http://www.nzenzeflowerspauwels. be/ HeveBrasjpg [28 April 2008]

Tridharma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar